Jumat, 23 April 2010

Sedekah bikin ujian gampang + dapat nilai A

ass.wr.wb..saya adalah mahasiswa Univ.BudiLuhur..dcampuz terkenal dgn klo tdk dpt dosen favorite,nilai mahasiswana djamin dpt c bahkan bisa ga lulus(killer abizz)..kbetulan saya slah satu korban yg tdk dpt dosen favorite..sminggu sebelum UAS(ujian akhir) saya gelisah krn bingung memikirkan bagaimna nilai saya??sempat terpikir berulang kali..suatu mlm saya teringat tentang sedekah.akhirnya saya niatkan hari2 kdepan sebelum ujian saya sedekahkan sebagian uang saku saya setiap harinya,dgn niat dipermudah mngerjakan soal+dpt nilai baguz..bgitu hari ha ujian,

.mlm harina saya sempat strezz..masalahna materi ujian yg akn dhadapi terbilang susah!!daripada pusink,saya baca semampu saya.. Keesok harinya detik2 sebelum ujian,prasaan semakin panik..saya mlihat raut muka tmn2 saya klihatan pucet..memang krn materi ujian susah..huhh..saya putuzkan untk pasrah kpd ALLAH SWT dan berprasangka baik..Alhamdulillah saya kaget melihat soalnya..semua apa yg saya baca+pelajari semua keluar.dgn PD saya pun mengerjakanna dengan perasaan sangat senang..begitupun pada ujian2 berikutnya..3 minggu sesudah ujian,saya pergi kewarnet untk lihat hasil ujian.Alhamdulillah ternyata nilai saya dpt A..tmn2 pun ga percaya,krn mreka bnyk yg tdk lulus..Subhanallah..ada yg tanya kpd saya "apa rahasianya" dgn percaya diri saya bilang "SEMUA KRN SEDEKAH"..

Pengirim : ditoboy84

Keta'atan Dan Besarnya Harga Penyesalan

Nantinya ahli-ahli Neraka pada saat mengalami penyiksaan yang begitu menyengsarakan berkeluh kesah penuh penyesalan mengapa mereka dahulu sewaktu di dunia tidak mentaati Allah dan RasulNya. Kemudian mereka menyesal karena telah menyerahkan kepatuhan kepada para pembesar2, yang ternyata telah menyesatkan mereka dari jalan yang lurus. Akhirnya, karena nasi telah menjadi bubur, mereka hanya bisa mengharapkan agar para mantan pimpinan mereka itu diazab oleh Allah dua kali lipat daripada azab yang mereka terima. Bahkan penghuni Neraka akhirnya ngarepin agar para mantan pimpinan mereka itu dikutuk dengan kutukan yang sebesar-besarnya. Semoga Allah melindungi kita dari penyesalan demikian. Na’udzubillahi min dzaalika..!

يَوْمَ تُقَلَّبُ وُجُوهُهُمْ فِي النَّارِ يَقُولُونَ يَا لَيْتَنَا أَطَعْنَا اللَّهَ وَأَطَعْنَا الرَّسُولَا

وَقَالُوا رَبَّنَا إِنَّا أَطَعْنَا سَادَتَنَا وَكُبَرَاءَنَا فَأَضَلُّونَا السَّبِيلَا

رَبَّنَا آَتِهِمْ ضِعْفَيْنِ مِنَ الْعَذَابِ وَالْعَنْهُمْ لَعْنًا كَبِيرًا

”Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikkan dalam neraka, mereka berkata: "Alangkah baiknya, andaikata kami ta`at kepada Allah dan ta`at (pula) kepada Rasul". Dan mereka berkata: "Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah menta`ati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar). Ya Tuhan kami, timpakanlah kepada mereka azab dua kali lipat dan kutuklah mereka dengan kutukan yang besar".(QS AlAhzab ayat 66-68)

Bayangin kumpulan manusia yang sewaktu di dunia begitu menghormati dan mempercayai para pembesar dan pemimpin mereka, tiba-tiba setelah sama-sama dimasukkan Allah ke dalam derita Neraka mereka baru sadar ternyata telah ditipu oleh para pemimpin tersebut sehingga berbalik menjadi pembenci dan pengutuk para mantan pembesar dan pemimpin tersebut. Mereka terlambat menyadari jika telah dikelabui dan disesatkan dari jalan yang benar. Mereka telat menyadari bahwa sesungguhnya para pemimpin dan pembesar itu tidak pernah benar-benar mengajak dan mengarahkan mereka ke jalan yang mendatangkan keridhaan dan rahmat Allah.


وَمَا كَانَ لِمُؤْمِنٍ وَلَا مُؤْمِنَةٍ إِذَا قَضَى اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَمْرًا أَنْ يَكُونَ لَهُمُ

الْخِيَرَةُ مِنْ أَمْرِهِمْ وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَالًا مُبِينًا

"Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu'min dan tidak (pula) bagi perempuan yang mu'min, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata."(QS Al-Ahzab ayat 36)


وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ

"Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir." (QS Al-Maidah ayat 44)


وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ

"Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim."(QS Al-Maidah ayat 45)

وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ

"Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang fasik." (QS Al-Maidah ayat 47)


أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ يَزْعُمُونَ أَنَّهُمْ آَمَنُوا بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ

يُرِيدُونَ أَنْ يَتَحَاكَمُوا إِلَى الطَّاغُوتِ وَقَدْ أُمِرُوا أَنْ يَكْفُرُوا بِهِ وَيُرِيدُ الشَّيْطَانُ

أَنْ يُضِلَّهُمْ ضَلَالًا بَعِيدًا وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ تَعَالَوْا إِلَى مَا أَنْزَلَ اللَّهُ

وَإِلَى الرَّسُولِ رَأَيْتَ الْمُنَافِقِينَ يَصُدُّونَ عَنْكَ صُدُودًا

”Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu? Mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah diperintah mengingkari thaghut itu. Dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya. Apabila dikatakan kepada mereka: "Marilah kamu (tunduk) kepada hukum yang Allah telah turunkan dan kepada hukum Rasul", niscaya kamu lihat orang-orang munafik menghalangi (manusia) dengan sekuat-kuatnya dari (mendekati) kamu.” (QS An-Nisa ayat 60-61)

Itulah sebabnya tatkala Allah menyuruh orang-orang beriman mentaati Allah dan RasulNya serta ”ulil amri minkum” (para pemimpin di antara orang-orang beriman) saat itu juga Allah menjelaskan kriteria ”ulil amri minkum” yang sejati. Yaitu mereka yang di dalam kepemimpinannya bilamana menghadapi perselisihan pendapat maka Allah (Al-Qur’an) dan RasulNya (As-Sunnah/Al-Hadits) menjadi rujukan mereka dalam menyelesaikan dan memutuskan segenap perkara.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ

فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ

إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا

”Hai orang-orang yang beriman, ta`atilah Allah dan ta`atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS An-Nisaa ayat 59)

Agama kita emang bener sangat menganjurkan kita semua supaya taat kepada pemimpin, namun pemimpin yang seperti apa? Apakah patut kita mentaati para pembesar dan pemimpin bilamana mereka tidak pernah menjadikan AlQur’an dan As-Sunnah sebagai rujukan untuk menyelesaikan berbagai problema yang muncul? Mereka lebih percaya kepada hukum dan aturan bikinan manusia. Pantes bilamana masyarakat yang sempat menghormati dan mempercayai para pembesar dan pemimpin seperti ini sewaktu di dunia kelak akan menyesal ketika sudah masuk Neraka. Bahkan mereka akan berbalik menyerang dan memohon kepada Allah agar para ulil amri gadungan tersebut diazab dan dikutuk...!

وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ

"Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang kafir." (QS Al-Maidah ayat 44)


وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ

"Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim."(QS Al-Maidah ayat 45)


وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ

"Barangsiapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang fasik." (QS Al-Maidah ayat 47)

Tetapi kesadaran dan penyesalan di saat itu sudah tidak bermanfaat sama sekali untuk memperbaiki keadaan. Sehingga Allah menggambarkan bahwa pada saat mereka semuanya telah divonis menjadi penghuni Neraka lalu para pengikut dan pemimpin berselisih di hadapan Allah sewaktu di Padang Mahsyar. Para pengikut menuntut pertanggungjawaban dari para pembesar, namun para pembesar itupun cuci tangan dan tidak mau disalahkan. Para pemimpin saat itu baru mengakui bahwa mereka sendiri tidak mendapat petunjuk dalam hidupnya sewaktu di dunia, sehingga wajar bila merekapun tidak sanggup memberi petunjuk sebenarnya kepada rakyat yang mereka pimpin. Mereka mengatakan bahwa apakah mau berkeluh kesah ataupun bersabar sama saja bagi mereka. Hal itu tidak akan mengubah keadaan mereka barang sedikitpun. Baik pemimpin maupun rakyat sama-sama dimasukkan ke dalam derita Neraka.

وَبَرَزُوا لِلَّهِ جَمِيعًا فَقَالَ الضُّعَفَاءُ لِلَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا

إِنَّا كُنَّا لَكُمْ تَبَعًا فَهَلْ أَنْتُمْ مُغْنُونَ عَنَّا مِنْ عَذَابِ اللَّهِ مِنْ شَيْءٍ

قَالُوا لَوْ هَدَانَا اللَّهُ لَهَدَيْنَاكُمْ سَوَاءٌ عَلَيْنَا أَجَزِعْنَا أَمْ صَبَرْنَا مَا لَنَا مِنْ مَحِيصٍ

”Dan mereka semuanya (di padang Mahsyar) akan berkumpul menghadap ke hadirat Allah, lalu berkatalah orang-orang yang lemah kepada orang-orang yang sombong: "Sesungguhnya kami dahulu adalah pengikut-pengikutmu, maka dapatkah kamu menghindarkan daripada kami azab Allah (walaupun) sedikit saja? Mereka menjawab: "Seandainya Allah memberi petunjuk kepada kami, niscaya kami dapat memberi petunjuk kepadamu. Sama saja bagi kita, apakah kita mengeluh ataukah bersabar. Sekali-kali kita tidak mempunyai tempat untuk melarikan diri". (QS Ibrahim ayat 21)

Allah menggambarkan bahwa kumpulan pengikut taqlid dan pemimpin sesat ini adalah kumpulan orang-orang zalim. Para pemimpin sesat akan berlepas diri dari para pengikut taqlidnya. Sedangkan para pengikut taqlid bakal menyesal dan berandai-andai mereka dapat dihidupkan kembal ke dunia sehingga mereka pasti berlepas diri, tidak mau loyal dan taat kepada para pemimpin sesat tersebut. Tetapi semuanya sudah terlambat.

وَلَوْ يَرَى الَّذِينَ ظَلَمُوا إِذْ يَرَوْنَ الْعَذَابَ أَنَّ الْقُوَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًا وَأَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعَذَابِ

إِذْ تَبَرَّأَ الَّذِينَ اتُّبِعُوا مِنَ الَّذِينَ اتَّبَعُوا وَرَأَوُا الْعَذَابَ وَتَقَطَّعَتْ بِهِمُ الْأَسْبَابُ

وَقَالَ الَّذِينَ اتَّبَعُوا لَوْ أَنَّ لَنَا كَرَّةً فَنَتَبَرَّأَ مِنْهُمْ كَمَا تَبَرَّءُوا مِنَّا

كَذَلِكَ يُرِيهِمُ اللَّهُ أَعْمَالَهُمْ حَسَرَاتٍ عَلَيْهِمْ وَمَا هُمْ بِخَارِجِينَ مِنَ النَّارِ

”Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal). (Yaitu) ketika orang-orang yang diikuti itu berlepas diri dari orang-orang yang mengikutinya, dan mereka melihat siksa; dan (ketika) segala hubungan antara mereka terputus sama sekali. Dan berkatalah orang-orang yang mengikuti: "Seandainya kami dapat kembali (ke dunia), pasti kami akan berlepas diri dari mereka, sebagaimana mereka berlepas diri dari kami." Demikianlah Allah memperlihatkan kepada mereka amal perbuatannya menjadi sesalan bagi mereka; dan sekali-kali mereka tidak akan ke luar dari api neraka.” (QS Al-Baqarah ayat 165-167)

Keta'atan Dan Besarnya Harga Penyesalan II

”Hai orang-orang yang beriman, ta`atilah Allah dan ta`atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS An-Nisa ayat 59)

ayat ini begitu ngetop dikumandangkan para jurkam di musim kampanye? Karena di dalamnya terkandung perintah Allah agar ummat taat kepada Ulil Amri Minkum (para pemimpin di antara kalian atau para pemimpin di antara orang-orang beriman). Sedangkan para politisi partai tadi meyakini jika diri mereka terpilih menjadi wakil rakyat atau pemimpin sosial berarti mereka dengan segera akan diperlakukan sebagai bagian dari Ulil Amri Minkum. Dan hal itu akan menyebabkan mereka memiliki keistimewaan untuk ditaati oleh para konstituen. Selain orang-orang yang sibuk menghamba kepada Allah semata, mana ada manusia yang tidak suka dirinya mendapatkan ketaatan ummat? Itulah sebabnya ayat ini sering dikutip di musim kampanye. Namun sayang, kadang mereka umumnya hanya mengutip sebaian saja yaitu:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُم

”Hai orang-orang yang beriman, ta`atilah Allah dan ta`atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu.” (QS An-Nisa ayat 59)

Mereka biasanya hanya membacakan ayat tersebut hingga kata-kata Ulil Amri Minkum. Bagian sesudahnya jarang dikutip. Padahal justru bagian selanjutnya yang sangat penting. Mengapa? Karena justru bagian itulah yang menjelaskan ciri-ciri utama Ulil Amri Minkum. Bagian itulah yang menjadikan kita memahami siapa yang sebenarnya Ulil Amri Minkum dan siapa yang bukan. Bagian itulah yang akan menentukan apakah fulan-fulan yang berkampanye tersebut pantas atau tidak memperoleh ketaatan ummat.

Dalam bagian selanjutnya Allah berfirman:

فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ

إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا

”Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS An-Nisa ayat 59)

Allah menjelaskan bahwa ciri-ciri utama Ulil Amri Minkum yang sebenarnya ialah komit buat selalu ngembaliin segenap urusan yang diperselisihkan kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya). Para pemimpin sejati di antara orang-orang beriman tidak mungkin akan rela menyelesaikan berbagai urusan kepada selain Al-Qur’an dan Sunnah Ar-Rasul. Sebab mereka sangat faham dan meyakini pesan Allah:


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيِ اللَّهِ

وَرَسُولِهِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS Al-Hujurat ayat 1)

Adapun dalam kehidupan kita dewasa ini segenap sistem hidup yang diberlakukan di berbagai negara –baik negara Muslim maupun Kafir- ialah mengembalikan segenap urusan yang diperselisihkan kepada selain Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya). Tidak kita jumpai satupun tatanan kehidupan modern yang jelas-jelas menyebutkan bahwa ideologi yang diberlakukan ialah ideologi Islam yang intinya ialah mendahulukan berbagai ketetapan Allah dan RasulNya sebelum yang lainnya.
Malah sebaliknya, kita temukan semua negara modern yang eksis dewasa ini memiliki konstitusi buatan manusia, selain Al-Qur’an dan AsSunnah An-Nabawiyyah, yang menjadi rujukan utama kehidupan berbangsa dan bernegara. Seolah manusia mampu merumuskan konstitusi yang lebih baik dan lebih benar daripada sumber utama konstitusi yang datang dari Allah subhaanahu wa ta’aala.

Bila demikian keadaannya, berarti gak satupun pemimpin negeri di negara manapun yang ada dewasa ini layak disebut sebagai Ulil Amri Minkum yang sebenarnya. fihak selain Allah yang memiliki sedikit otoritas namun berlaku melampaui batas sehingga menuntut ketaatan ummat sebagaimana layaknya mentaati Allah. Na’udzubillahi min dzaalika.

Dalam mengakuin Allah didalam bertauhid ASMA'UL HUSNA-Nya bahwa Allah sebagai Ar Rozzaq pemberi rejeki, kita banyak ngakuin tetapi giliran Allah sebagai Al Hakim pembuat Hukum kebanyakan belaga gak tau, padalah jika direnungin sedikit misalnya kita mengabaikan satu aja dari Tauhid Asma Allah itu semisal Ar Rozaq, dimana kita mengakui ada yg memberi rejeki selain Allah dgn kedukun, ngeramal, percaya yang ngasih rejeki itu selain Allah bagaimana hukumnya?, Musrik, maka sepantasnya kita mengoreksi diri dan memahami apa yang ditugaskan kepada manusia sbg Khalifah, bukan artinya kita mengelola dunia seenaknya kita sendiri didalam kehidupan, tapi harus mengikuti Perintah Allah SWT, dimana agama kita yg tinggi ini dgn Qur'an dan Sunnah benar-benar gak diragukan lagi kelengkapannya.
Pantas kesalahan sedemikian besar yang dianjurkan para pembesar siapapun dia, akan membawa kesesatan yang nyata.


أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ يَزْعُمُونَ أَنَّهُمْ آَمَنُوا بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ

وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ يُرِيدُونَ أَنْ يَتَحَاكَمُوا إِلَى الطَّاغُوتِ

وَقَدْ أُمِرُوا أَنْ يَكْفُرُوا بِهِ وَيُرِيدُ الشَّيْطَانُ أَنْ يُضِلَّهُمْ ضَلَالًا بَعِيدًا

”Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelum kamu? Mereka hendak berhakim kepada thaghut, padahal mereka telah diperintah mengingkari thaghut itu. Dan syaitan bermaksud menyesatkan mereka (dengan) penyesatan yang sejauh-jauhnya.” (QS An-Nisa ayat 60)

Sungguh dalam kelak nanti di neraka penyesalan mereka yang telah mentaati para pembesar dan pemimpin yang tidak menjadikan Allah dan RasulNya sebagai tempat kembali dalam menyelesaikan segenap perkara kehidupan.

يَوْمَ تُقَلَّبُ وُجُوهُهُمْ فِي النَّارِ يَقُولُونَ يَا لَيْتَنَا أَطَعْنَا اللَّهَ وَأَطَعْنَا الرَّسُولَا

وَقَالُوا رَبَّنَا إِنَّا أَطَعْنَا سَادَتَنَا وَكُبَرَاءَنَا فَأَضَلُّونَا السَّبِيلَا

رَبَّنَا آَتِهِمْ ضِعْفَيْنِ مِنَ الْعَذَابِ وَالْعَنْهُمْ لَعْنًا كَبِيرًا

”Pada hari ketika muka mereka dibolak-balikkan dalam neraka, mereka berkata: "Alangkah baiknya, andaikata kami ta`at kepada Allah dan ta`at (pula) kepada Rasul". Dan mereka berkata: "Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah menta`ati pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, lalu mereka menyesatkan kami dari jalan (yang benar). Ya Tuhan kami, timpakanlah kepada mereka azab dua kali lipat dan kutuklah mereka dengan kutukan yang besar". (QS Al-Ahzab ayat 66-68)

Berdzikirlah hingga Dianggap Gila

Begitu rindu. Rasanya ingin segera menjumpainya. Rindu dengan orang yang sangat dicintai. Perjalanan panjang ditempuhnya. Tak mempedulikan badai gurun. Tak peduli sengatan terik matahari yang membakar. Dahaga tak tertanggung. Perlahan-lahan ia terus menjejaki perjalanan dengan onta. Sampai menjelang tujuan. Langit sudah mulai temaram. Menjelang malam. Ia ingin segera berjumpa dengan sang kekasih Baginda Rasulullah shallallahu alaihi wa salam.

Justru sampai di kota suci Madinah keinginannya pupus. Dadanya sesak. Nafasnya seakan berhenti. Di masjid Nabawi ia terduduk lesu. Sedih. Tak terperikan. Rona wajahnya pucat. Karena perasaannya yang bercampur dengan sedih. Perjalanan panjang yang telah ditempuhnya, bagaikan sebuah kisah yang sia-sia. Ia menjadi pasrah. Ketika sampai di Madinah mendengar kabar Baginda Rasulullah shallallahu alaihi wa salam wafat. Orang yang ia cintai wafat. Seakan ia tak percaya. Di masjid Nabawi ia bermunajat. Do’a-do’a panjang ia ucapkan. “Ya Rabb. Semoga kepergian Baginda Rasullullah shallallahu alaihi wa salam, tak menggoyahkan imanku”, pintanya.

Bukan hanya ia yang tak percaya Baginda Rasulullah shallallahu alaihi wa salam wafat, juga Umar Ibn Khaththab tak percaya. “Siapa yang mengatakan Baginda Rasulullah shallallahu alaihi wa salam wafat akan berhadapan denganku”, tegas Umar. Sampai datang sahabat Abu Bakar yang mengingatkan Umar: “Barangsiapa yang beribadah kepada Muhammad, sesungguhnya ia telah meninggal. Dan, barangsiapa yang beribadah kepada Allah, maka Allah hidup selama-lamanya”, kata Abu Bakar. Itulah ucapan yang mengakhiri berbagai kegalauan dilingkungan kaum muslimin.

Tak sedikit yang murtad. Tak sedikit yang menjadi ingkar. Meninggalkan agama Islam. Mereka terlalu mencintai Baginda Rasululllah shallallahu alaihi wa salam. Betapa. Kehidupan yang penuh dengan tipu daya. Orang-orang yang dulunya menerima Islam, meninggalkan Islam. Karena mereka ‘beriman’ dan ‘beribadah’ kepada manusia. Bukan yang menciptakan manusia. Dua pertiga penduduk jazirah Arab murtad, ketika Baginda Rasulullah shallallahu alaihi wa salam wafat. Khalifah Abu Bakar As-Shidiq, yang menggantikan Baginda Rasulullah shallallahu alaihi wa salam, pertama yang dilakukan adalah memerangi orang-orang yang murtad. Mereka yang memusuh Islam, ketika Baginda Rasulullah shallallahu alaihi wa salam wafat. Orang-orang yang murtad itu harus dipunahkan. Mereka akan menjadi bibit penyakit yang merusak. Merusak aqidah. Merusak ikatan aqidah dan iman umat. Mereka akan menjadi musuh-musuh, yang memerangi barisan Islam. Langkah Abu Bakar ra memerangi orang-orang yang murtad adalah sebuah keniscayaan.

Orang yang menempuh perjalanan panjang dari Syam, ke Madinah, tak lain adalah Abu Muslim Abdullah bin Tsaub al-Khaulani ad-Darani rahimahullah.Ia seorang mu’min yang mukhlis. Ia seorang imam yang berilmu dan zuhud. Ia menempuh perjalanan panjang ingin berjumpa dengan Baginda Rasulullah shallallahu alaihi wa salam untuk mendampinginya. Ia ingin belajar adab-adab dari Rasulullah. Segala kesulitan ia lewati. Demi memenuhi keinginannya bertemu dengan Nabi shallallahu alaihi wa salam. Kehidupan Nabi yang mulia menjadi tujuannya. Niat itu tak terwujud. Karena, Baginda Rasululllah shallallahu alaihi wa salam wafat.

Abu Muslim mendapat cobaan lebih berat. Ada orang yang mengaku nabi. Mengaku sebagai pemimpin umat. Mengaku orang yang menerima wahyu. Laki-laki yang mengaku nabi adalah Aswad al-Anasi. Aswad benar-benar menjadi bencana bagi orang-orang yang beriman.Aswad tidak membiarkan orang-orang yang tidak mau mengakuinya sebagai nabi. Maka, Aswad memanggil Abu Muslim, agar imam yang mukhlis itu menghadapnya. Aswad lupa dan tidak mengira bahwamasih ada mereka yang beriman yang tidak mengakui ada Nabi selain Baginda Rasulullah shallallahu alaihi wa salam. Imam yang jujur itu, Abu Muslim, memberikan pelajaran yang berharga kepada Aswad. Memolak Aswad permintaannya sebagai nabi.

“Apakah engkau bersaksi bahwa sesungguhnya Muahmmad adalah Rasulullah?”, tanya Aswad, yang mengadili Abu Muslim. “Ya”, jawab Abu Muslim. “Kalau begitu, engkau bersaksi bahwa aku adalah Rasulullah?”, tanya Aswad. Dengan nada mengejek Abu Muslim menjawab: “Aku tidak mendengar”, jawabnya. Aswad mengulangi lagi pertanyaannya: “Apakah engkau bersaksi bahwa sesungguhnya Muhammad adalah Rasulullah?”, tanyanya. “Ya”, jawab Abu Muslim. “Kalau begitu, engkau bersaksi bahwa aku adalah Rasulullah?”, tanyanya lagi. Abu Muslim kembali menjawab dengan nada yang mengejek: “Aku tidak mendengar”, tandasnya. Aswad marah. Memerintahkan orang-orangnya mengumpulkan kayu bakar, dan membakar. Di tengah kobaran api yang menyala-nyala itu, dilemparkan Abu Muslim ke dalam kobaran api. Keanehan terjadi. Abu Muslim badannya tak tersentuh oleh api. Aswad terbelalak. Tak percaya melihat kejadian itu. Ini karomah yang membuat orang-orang disekelilingnya bingung.

Suatu ketika Abu Muslim bersama dengan Abu Bakar, dan duduk di tengah-tengah mereka dan berkata: “Segenap puji hanya Allah yang belum mematikan aku, sehingga aku sempat menyaksikan seseorang umat Rasulullah shallallahu alaihi wa salam yang mengalami seperti yang dialami oleh Ibrahim khalilullah alaihi wa salam”. Karamah yang dimiliki Abu Muslim mirip dengan Nabi Ibrahim.

Abu Muslim tak mau bergaul dengan para pencari dan pencinta dunia. Bila ia duduk dengan seseorang yang membicarakan dunia, lalu Abu Muslim al-Khaulani rahimahullah segera mengalihkan pembicaraannya. Ia tak mau terlibat dalam pembicaraan masalah-masalah dunia. Hati Imam Abu Muslim selalu tertambat dengan dzikir kepada Rabbnya Azza wa jalla. Hatinya selalu berusaha mencari ketaatan dan keridhaan kepadaNya. Ia suka mengumandangkan kalimat takbir. Sekalipun hanya dengan anak-anak yang belum dewasa.

Abu Muslim rahimahullah berpesan: “Berdzikirlah kepada Allah sampai orang-orang dungu memandangmu sebagai orang gila”. Begitulah sepenggal kisah kehidupan Abu Muslim yang penuh dengan karamah. Ia selalu ingat dan berdzikir kepada Allah Azza wa Jalla. Bukan meninggalkan Rabbnya, hanya tertipu germerlap kehdupan dunia, yang tak seberapa. Hanya orang-orang yang mukhlisin yang dapat memahaminya atas kehidupan ini. Wallahu ‘alam

Berdo'a yang dikabulkan Allah SWT

Di banyak ayat, Allah swt telah memerintahkan kita untuk berdoa dan menjanjikan pengabulannya sebagaimana juga disebutkan dibanyak hadits. Doa adalah ibadah atau otak ibadah sebagaimana ditegaskan disebagian hadits. Dan setiap ibadah memiliki rukun-rukun, syarat-syarat dan adab-adab sehingga doa itu menjadi sah dan diterima.

Para ulama berkata bahwa sesungguhnya diantara syarat-syarat diterimanya doa adalah menghadirkan fikiran dan hati saat berdoa. Maka tidak cukup bagi seseorang hanya sekedar menggerakkan bibir tatkala berdoa sementara fikirannya berpaling dari Allah dan tidaklah cukup hanya menghadirkan fikiran sementara perasaannya dingin akan tetapi haruslah disertai dengan keinginan agar dikabulkan, rasa takut akan tidak dikabulkan dan menghadirkan keagungan Allah swt.

Hal ini dikuatkan dengan apa yang disebutkan di akhir ayat yang menyebutkan doa Nabi Ayyub, Dzin Nuun dan Zakaria tatkaa mengatakan,” wahai Roobul ‘Izzah…

إِنَّهُمْ كَانُوا يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَبًا وَرَهَبًا وَكَانُوا لَنَا خَاشِعِينَ


Artinya : “Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada kami dengan harap dan cemas. dan mereka adalah orang-orang yang khusyu' kepada kami.” (QS. Al Anbiya : 90)

Seorang yang berdoa haruslah menjadi orang yang taat kepada Allah swt tanpa ada kekurangan, menyambut ketaatan dengan rasa senang, bersegera, berharap pengabulan doanya, serta rasa takut dengan mengahadirkan fikiran dan hati.

Didalam hadits shahih bahwa memakan yang haram mencegah pengabulan doa sebagaimana disebutkan Rasulullah saw tentang seorang laki-laki yang melakukan perjalan yang jauh, rambutnya kusut dan berdebu yang menengadahkan kedua tangannya ke langit dan mengatakan,”Wahai Robb, wahai Robb sementara makanannya haram, pakaiannya haram bagaimana,doanya akan dikabulkan.”

Perkara-perkara diatas (didalam hadits itu) yang menjadikan doa dikabulkan ditambah lagi berbagai perkara yang disunnahkan diantaranya : bersuci, menghadap kiblat, berdoa dengan doa-doa yang ma’tsur, berupaya memilih waktu-waktu dan tempat-tempat yang diberkahi seperti setengah malam akhir, antara adzan dan iqomat, tatkala melihat ka’bah, saat pengabulan doa di hari jum’at….

Juga membuka doa dengan mengucapkan basmalah, memuji Allah, shalawat dan salam atas Rasulullah saw dan menutupnya dengan shalawat atasnya juga… (Fatawa Al Azhar juz IX hal 369)

Untuk lebih memberi penjelasan tentang adab berdoa maka berikut penuturan Imam Ghazali tentangnya :

1. Hendaklah didalam berdoa berusaha memilih waktu-waktu yang mulia seperti hari arafah, ramadhan, hari jum’at, waktu sahur.

Artinya : “Dan selalu memohonkan ampunan diwaktu pagi sebelum fajar (sahur).” (QS. Adz Dzariyat : 18)

2. Memanfaatkan kondisi atau keadaan-keadaan yang mulia, seperti sabda Rasulullah saw,”Doa diantara adzan dan iqomat tidaklah ditolak.” (HR. Abu Daud)

3. Hendaklah menghadap kiblat tatkala berdoa dan mengangkat tangan hingga terlihat warna putih kedua ketiaknya, sebagaimana diriwayatkan dari Anas bahwa Nabi saw mengangkat kedua tangannya sehingga terlihat warna putih kedua ketiaknya saat berdoa dan tidak memberikan isyarat dengan jari jemarinya.”

4. Merendahkan suara…; Aisyah mengatakan tentang firman Allah swt “janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu" (QS. Al Israa : 110) yaitu didalam doamu.
5. Tidak menyusahkan diri dengan bersajak didalam berdoa. Sesungguhnya seorang yang berdoa seyogyanya berada dalam keadaan tunduk sedangkan memberatkan diri tidaklah sesuai dengan sabda Rasulullah saw,”Akan datang suatu kaum yang berlebih-lebihan dalam berdoa.”

6. Tunduk, khusyu, penuh harap dan rasa takut, sebagaimana firman Allah swt :

إِنَّهُمْ كَانُوا يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَيَدْعُونَنَا رَغَبًا وَرَهَبًا وَكَانُوا لَنَا خَاشِعِينَ

Artinya : “Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada kami dengan harap dan cemas. dan mereka adalah orang-orang yang khusyu' kepada kami.” (QS. Al Anbiya : 90)

7. Berkeyakinan kuat akan dikabulkan doanya serta benar didalam pengharapannya. Sabda Rasulullah saw,”Berdoalah kepada Allah dan anda meyakini akan pengabulannya. Ketahuilah bahwa Allah azza wa jalla tidaklah mengabulkan doa dari hati yang lalai.” (HR. Ahmad, Thabrani)

8. Mengulanginya hingga tiga kali. Ibnu Mas’ud mengatakan bahwa Nabi saw apabila berdoa maka dia berdoa hingga tiga kali dan apabila dia meminta maka dia meminta hingga tiga kali.” (HR. Muslim)

9. Hendaklah mengawali doanya dengan dzikrullah (menyebut nama Allah) tidak langsung dengan meminta. Sabda Rasulullah saw,”Apabila kalian meminta kepada Allah azza wa jalla suatu keperluan maka mulailah dengan shalawat atasku…” (HR. Abu Thalib al Makkiy)

10. Bertaubat, mengembalikan simpanan-simpanan orang lain serta menyambut (seruan) Allah swt dengan penuh semangat. (Ihya Ulumuddin juz I hal 361 - 3650

Adapun tentang orang-orang sepertinya jauh dari Allah, seperti tidak mengerjakan shalat, tidak berpuasa di bulan Ramadhan atau bahkan orang-orang non muslim namun mereka memiliki ‘rezeki’ melebihi orang-orang yang shaleh maka tidak sepatutnya anda iri terhadap mereka. Karena seorang mukmin tidaklah iri dalam urusan dunia. Iri dalam urusan dunia hanya akan menyeretnya menjadi hamba dunia. Akan tetapi hendaknya seorang mukmin iri dalam urusan akherat.

Sesungguhnya iri atau tidak anda kepada mereka semua maka tidak akan dapat mencegah takdir Allah atas mereka. Dan perlu diyakini bahwa banyak harta, tingginya jabatan atau kedudukan belum tentu menjadi tanda keredhoan dan kecintaan Allah kepadanya.

Hal lain yang perlu juga anda yakini bahwa bentuk-bentuk pengabulan Allah swt terhadap doa seseorang ada tiga :
1. Langsung diberikan kepadanya apa yang dimintanya di dunia.
2. Ditahan untuk diberikannya di akherat.
3. Dihapuskan dosa-dosanya setara dengan doa-doanya

Sebagaimana disebutkan didalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi dari Abu Hurairoh bahwa Rasulullah saw bersabda,”Tidaklah seorang muslim berdoa kecuali dikabulkannya. Bisa dengan dipercepat pemberiannya di dunia, bisa dijadikan tabungan baginya di akherat dan bisa juga dihapuskan dosa-dosanya setara dengan doanya selama ia tidak berdoa sambil berbuat dosa atau memutuskan silaturahmi atau meminta cepat-cepat dikabulkan.”

Besarnya harapan & Do'a memiliki buah hati

Sedih dan gelisah rasanya, lebih-lebih ketika orang-orang dekat di sekitar suami istri mulai menyodorkan pertanyaan yang menurut mereka ringan, namun bagi suami istri merupakan pukulan keras, “Kapan bapak menimang cucu? Kapan keponakanku hadir? Sudah sekian tahun kok masih berdua saja?” Dan pertanyaan-pertanyaan lain yang senada yang mungkin maksud pengucapnya adalah menyemangati atau sekedar pemanis sapaan, tetapi bagi yang bersangkutan, pertanyaan seperti itu bisa menjadi beban yang sangat memberatkan.

Hal semacam itu sangat manusiawi, namun jangan sampai berlebihan sehingga ia menjadi duri dalam rumah tangga yang mungkin mengarah kepada keretakan rumah tangga. Sikapi hal ini dengan wajar dan proporsional.

Pertama: Menyadari bahwa anak-anak adalah pemberian Allah Subhanu waTa’la

Allah Subhanu waTa’ala belum berkenan atau menunda pemberian tersebut karena suatu hikmah bijak yang Dia ketahui dan semoga kita pun berusaha untuk mengetahui. Ada apa dengan diriku sehingga Allah ‘Azza waJalla belum berkenan atau Dia menunda pemberian ini? Bukankah sebagai muslim kita meyakini bahwa apa pun yang Allah Ta’ala berikan kepada kita atau ambil dari kita merupakan kebaikan?

Kedua: Menyadari bahwa anak-anak merupakan ujian dan tanggung jawab yang tidak ringan,

Dengan asumsi bahwa Allah subhanahu wata’ala tidak memberikan anak kepada kita, berarti kita tidak memiliki tanggung jawab terhadapnya, dan ini artinya beban kita lebih ringan.

Ketiga: Melihat kepada orang-orang yang tidak Allah Ta’ala beri anak atau Dia menundanya.

Dengan hal itu, kita bisa sedikit terhibur, ternyata tidak sedikit orang yang sama dengan saya dan mereka tetap bahagia. Karena sebab-sebab kebahagian itu berjumlah bukan satu saja, anak hanyalah salah satu sebab.
Coba kita tengok Nabiyullah Ibrahim al-Khalil, Allah Subhanahu waTa’ala memberinya anak manakala yang bersangkutan dan istrinya sudah tidak muda lagi, Allah Subhanahu waTa’ala berfirman, artinya, “Maka Kami sampaikan kepadanya berita gembira kelahiran Ishaq dan dari Ishaq akan lahir Ya’qub. Istrinya berkata, ‘Sungguh mengherankan, apakah aku akan melahirkan padahal aku adalah wanita tua dan suamiku pun sudah tua pula? Sesungguhnya ini merupakan sesuatu yang benar-benar aneh.” (Huud: 71-72).



Ibrahim adalah Nabiyullah yang mulia, kurang apa beliau, meskipun demikian Allah Ta’ala tidak memberikan anak kepadanya melainkan di saat usianya tidak muda lagi, sekian lama menanti dan akhirnya penantian itu pun tiba. Jika hal semacam ini Allah ‘Azza waJalla tetapkan kepada beliau, tentu bukanlah suatu yang berlebihan jika hal itu terjadi terhadap diri kita. Dan seharusnya kita mengaca kepada hamba shalih tersebut.

Keempat: Bertawakal kepada Allah Ta’ala dengan menyerahkan masalah kepadaNya semata.

Sikap tawakal merupakan salah satu senjata seorang mukmin dalam menghadapi perosalan-persoalan sulit. Berapa banyak problem hidup yang terangkat oleh sikap tawakal kepada Allah Ta’ala, tanpa terkecuali problem kesulitan dalam mendapatkan keturunan. Allah Subhanahu waTa’ala berfirman, artinya, “Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah niscaya Dia akan mencukupkan keperluannya.” (Ath-Thalaq: 3). Sebuah janji yang pasti dari Allah Ta’ala bahwa dia akan mencukupi kebutuhan siapa yang bertawakal kepadaNya, tanpa terkecuali kebutuhan kepada hadirnya anak. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah menceritakan kepada kita tentang seekor burung yang mendapatkan rizki dengan berangkat pagi dalam keadaan perut kosong dan pulang sore dalam keadaan perutnya penuh, dan ini karena kesungguhannya dalam bertawakal kepada Allah Ta’ala, maka apalagi kita sebagai manusia yang memiliki lebih banyak cara dan sebab, tentu kita lebih patut untuk mendapatkan rizki, jika kita benar-benar bertawakal kepada Allah Subhanahu waTa’ala, termasuk mendapatkan keturunan.
Namun jangan salah kaprah bahwa tawakal bukanlah berarti berpangku tangan dan berdiam diri tanpa upaya dan usaha.

Upaya semaksimal mungkin dan usaha sebatas kemampuan adalah sisi lain dari tawakal selain berpasrah diri kepada Allah Subhanahu waTa’ala, ibarat mata uang yang pasti memiliki dua sisi, satu sisi tawakal adalah kepasrahan dan sisi yang lain adalah usaha, jika mata uang hanya memilik satu sisi saja maka ia tidak laku, demikian juga dengan tawakal.

Maka berusahalah dan berupayalah sebatas kemampuan dan kesanggupan kita sebagai suami atau istri. Silahkan berkonsultasi dengan ahlinya, menjalani terapi tertentu, mengkonsumsi makanan tertentu atau ramuan-ramuan tertentu, karena semua itu merupakan bagian dari tawakal kita yang sebenarnya kepada Allah ‘Azza waJalla dan setelah semua upaya sudah kita lakukan maka serahkan segalanya kepada Allah Subhanahu waTa’ala.

Kelima: Bersabar beribadah dan terus bersedekah

Allah ‘Azza waJalla sedang menguji kita dengan menunda kehadiran anak, ada kemungkinan Dia menyintai kita, karena jika Allah Subhanahu waTa’ala menyintai suatu kaum maka Dia akan menguji mereka. Dan dibalik ujian terdapat kebaikan dan pahala yang besar selama kita menyikapi ujian tersebut dengan penuh kesabaran.

Keenam:Berdoa.

Doa adalah senjata seorang mukmin, pintu bantuan dan pertolongan yang tidak pernah tertutup, terbuka non stop 24 jam bahkan sepanjang hayat. Ketika kita sudah bertawakal dengan melakukan berbagai macam upaya, selanjutnya memasrahkannya kepada Allah ‘Azza waJalla, maka tambahi langkah tersebut dengan berdoa kepadaNya, mengetuk pintu karuniaNya, semoga Dia berkenan membuka pintuNya untuk kita.

Nabi Ibrahim al-Khalil termasuk terlambat dalam mendapatkan anak dan keduanya tetap gigih berdoa kepada Allah Subhanahu waTa’ala sehingga harapannya terwujud. Ibrahim berkata, “Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku seorang anak yang termasuk orang-orang shalih.” Apa jawaban Tuhannya? JawabanNya, “Maka Kami memberinya berita gembira dengan seorang anak yang sangat sabar.” (Ash-Shaffat: 100-101).

Ketujuh: Kalau kita pikir lebih mendalam ternyata di balik keterlambatan hadirnya anak mengandung banyak pahala dari Allah Subhanahu waTa’ala.

Kalau kita bersabar maka kita meraih pahala sabar. Kalau kita bertawakal maka kita meraih pahala tawakal. Kalau kita berdoa maka kita meraih pahala doa dan begitu seterusnya. Cobalah melihat kepada sisi ini niscaya kehampaan rumah akibat belum hadirnya anak akan terimbangi.

Kedelapan: Ini yang terakhir.

Mohon kita tidak tergoda oleh langkah-langkah yang menyimpang dari ajaran agama atau cara-cara syirik untuk mendapatkan anak, tidak punya anak bukan merupakan suatu dosa, lalu untuk apa kita harus bersusah payah meraihnya dengan melakukan syirik kepada Allah Ta’ala?

Jangan menjadi bapak ibu yang rela berbuat syirik kepada Allah Ta’ala demi kelahiran anak, hal ini Allah Subhanahu waTa’ala sebutkan dalam firmanNya, “Tatkala Allah mengaruniakan mereka seorang anak laki-laki yang sempurna, maka keduanya menjadikan sekutu bagi Allah dalam hal anak yang Dia karuniakan kepada mereka. Mahasuci Allah dari perbuatan syirik mereka.” (Al-A’raf: 190)

Khulafaur Rosyidin - Utsman Bin Affan

“Utsman menyediakan makanan bagi kaum muslimin seperti makanan raja-raja. Padahal, ia sendiri hanya makan dengan minyak zaitun dan cuka”, ujarnya. Demikian pula, Abdullah bin Syaddat, mengisahkan : “Saya lihat Utsman berkhutbah hari Jum’at dengan memakain pakaian yang harganya empat atau lima dirham saja. Padahal, ia adalah seorang Amirul Mukminin”, ucapnya.

Demikianlah, peringai seorang hamba Allah, yang berserah diri kepada Allah. Nafsu makannya ditekan dengan jalan puasa, dihinakannya kemegahan jahiliyah dalam jiwanya, dan dicukupkannhya hanya dengan kemuliaan Islam, hingga dirinya pun menjadi mulia.

Pada suatu hari, ia marah terhadap pelayannya, ditariknya telinga pelayan itu sampai kesakitan. Ketika marahnya reda, ia menjadi gelisah karena perbuatannya itu. Sampai mengganggu tidurnya. Lalu, dipanggilnya pelayan itu, dan disuruhnya melakukan qishas terhadap dirinya dengan cara menarik telinganya. Tetapi, pelayan itu berpaling, dan tidak bersedia melakukannya. Utsman dengan gigih memaksanya. Kemudian, pelayan itu, akhirnya mau menarik telinga Utsman. “Keraskanlah tarikannya, hai Gulam?”, perintah Utsman. “Karena, qishas di dunia ini lebih ringan, dibandingkan qishas di akhirat nanti”, tambahnya.

Demikian, keadaan hamba Allah yang tak dirinya tak terpisahkan dari Khaliqnya. Kita temui ia pada peristiwa ini, dan sebagaimana kita jumpai dalam peristiwa lainnya. Sekrang marilah masuk ke dalam masjid Madinah untuk menemui seorang laki-laki mulia dan berwibawa. Anehnya, ia tidur diatas batu kerikil dilantai masjid, sementara jubahnya dijadikan bantal. Tatkala ia terbangun dari tidurnya, terlihat bekas-bekas kerikil itu dipinggangnya…

Siapakah laki-laki itu?

Ternyata ia adalah seorang hamba ahli ibadah, dan zuhud yang telah menyerahkan dirinya yang telah menyerahkan dirinya kepada Allah Azza Wa Jalla. Dia tiada lain adalah Utsman bin Affan, seorang milyader, yang kaya raya, dan harta tak terhingga, baik sebelulm maupun sesudah masuk ke dalam Islam. Peristiwa ini mengingatkan kita kepada Abdullah bin Umar mengenai dirinya (Utsman), yakni perkataan yang diucapkannya setelah membaca surah Az-Zumar. “Apakah kalian yang lebih beruntung hai orang-orang musyrik? Ataukah orang yang beribadah di tengan malam dengan sujud dan berdiri, disebabkan karena takuktnya kepada (siksa) akhirat, dan harapannya akan rahmat Rabbnya..”

Keutamaan Al Qur’an

Jika antum memahami keutamaan belajar Al Qur’an dan keunggulan menjadi Ahlul Qur’an, maka antum akan menemukan hal-hal yang menakjubkan. Di antara hadits-hadits Rasulullah tentang hal ini adalah…

“Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari dan mengajarkan Al Qur’an”

“Bacalah Al Qur’an, sesungguhnya ia akan datang pada hari Kiamat menjadi pemberi syafa’at bagi orang-orang yang bersahabat dengannya”

“Pada hari Kiamat dihadirkanlah Al Qur'an dan Ahlinya, yakni orang-orang yang dulu mengamalkannya di dunia. Surat Al Baqarah dan Ali Imron maju mendampinginya dan membelanya”

“Barangsiapa yang belajar Al Qur'an dan mengamalkannya, akan diberikan kepada kedua orang tuanya pada hari kiamat mahkota yang cahayanya lebih indah dari cahaya matahari. Keduanya akan berkata, “mengapa kami diberi ini?” Maka dijawab, “Karena anakmu telah mempelajari Al Qur'an.”

“Barang siapa disibukkan Al Qur`an dalam rangka berdzikir dan memohon kepadaKu, niscaya akan Aku berikan sesuatu yang lebih utama dari apa yang telah Kuberikan pada orang-orang yang meminta. Dan keutamaan Kalam Allah dari seluruh kalam selain-Nya seperti keutamaan Allah atas makhlukNya.”

“Yang berhak menjadi imam suatu kaum adalah yang paling baik bacaan Al Qur`annya.”

“Sesungguhnya Allah memiliki keluarga dari golongan manusia.” Para sahabat bertanya, ‘Siapakah mereka, ya Rasulullah?’ Rasul menjawab, “Ahlul Qur’an. Mereka adalah keluarga Allah dan orang-orang pilihanNya” (Bersambung)

Belasan abad yang lalu, Allah SWT. menurunkan Al-qur’an kepada Rasulullah saw. melalui malaikat Jibril. Suatu hari di Gua Hira, ketika Rasulullah sedang menyendiri di sana, Jibril datang kepadanya. “Bacalah”, demikian perkataan Jibril. Namun Rasulullah adalah seorang yang “Ummi” (tidak bisa baca tulis). Peristiwa ini mengawali babak baru peradaban dunia. Perintah membaca adalah perintah awal yang Allah berikan kepada Rasulullah. Lebih kurang 23 tahun berlalu, kemudian Allah berkenan menyempurnakan agama ini dengan menutup proses turunnya ayat dengan ayat terakhir surah Al- Maidah ayat 3.

Tilawah Qur’an adalah ibadah yang sangat penting karena ia adalah jalan untuk memahami petunjuk hidup sepanjang zaman. Selama berpegang kepada Al-qur’an dan sunnah, kita terjamin tidak akan pernah tersesat dalam kehidupan dunia maupun akhirat. Al-qur’an adalah kitab yang harus dibaca, bahkan mesti dijadikan bacaan rutin harian. Pahala yang diberikan Allah untuk orang yang membaca al-qur’an sangat besar.
Sabda Rasulullah :

“ Saya tidak mengatakan Alif Lam Mim itu satu huruf, namun Alif satu huruf, Lam satu huruf dan Mim satu huruf”(HR: Tirmizi)

Demikianlah Allah menghargai bacaan qur’an, bukan dihitung perjuz atau perayat, tetapi per-huruf. Hadits di atas hanya merupakan salah satu dari hadits yang menjelaskan tentang keutamaan tilawah. Hadits lainnya akan dipaparkan berikut ini :

“Bacalah al-Qur’an, karena ia akan datang pada hari kiamat menjadi penolong bagi para pembacanya”( HR: Muslim).

“Perumpamaan seorang mukmin yang membaca qur’an adalah seperti buah limau, baunya wangi dan rasanya enak. Perumpamaan seorang mukmin yang tidak membaca qur’an adalah seperti buah kurma, tidak berbau namun rasanya manis. Perumpamaan orang munafik yang membaca qur’an, seperti tumbuhan wangi, baunya wangi sementara rasanya pahit. Dan perumpamaan seorang munafik yang tidak membaca qur’an, seperti buah labu pahit, tidak berbau dan rasanya pahit.” (HR : Bukhari, Muslim, An-Nasa’i dan Ibnu Madjah).

“Orang yang membaca al-qur’an dan pandai membacanya, ia bersama para malaikat yang mulia. Dana yang membaca al-qur’an dengan mengeja — dan ia membacanya dengan sulit–ia mendapat dua pahala.(HR: Muttafaq ‘alaih, lafal dari Muslim)

Demikian keutamaan tilawah qur’an yang sangat banyak. Semoga kita bisa membaca kalam Allah dengan baik dan sesuai ketentuannya. Sebagai mana firman Allah: “Apabila kami telah membacanya maka ikutilah bacaannya”(QS; Al-Qiyamah :18), artinya, kita dituntut untuk membaca dengan menjaga keaslian (asholah) bacaan Al-Qur’an tersebut.

Imam Al-Jazari mengatakan bahwa membaca al-qur’an dengan tajwid wajib hukumnya, karena itu merupakan penjagaan terhadap keaslian al-qur’an. Beliau mengatakan dalam Mandzumah Al-Jazariyahnya:

Membaca al-qur’an dengan tajwid hukumnya wajib, barangsiapa yang tidak membacanya dengan tajwid ia berdosa, karena dengan tajwidlah Allah menurunkan al-Qur’an dan demikianlah, al-qur’an sampai kepada kita dariNya.

Karena itu Rasulullah menunjuk dan memberi kepercayaan kepada beberapa orang shahabat untuk mengajarkannya, diantaranya kepada Muadz Bin Jabal, Ubay bin Kaab dan Salim Maula Abi Huzaifah. Kemudian para shahabat mengajarkan kepada Tabi’in, dan demikian seterusnya. Al-qur’an diajarkan secara turun-temurun dalam keadaan asli tanpa terkurangi huruf-hurufnya, kalimat-kalimatnya sampai teknis bacaannya.

Mudah- mudahan kita tidak merasa puas dengan ilmu qur’an yang kita kuasai saat ini. Sehingga kita dapat senantiasa menuai pahala dari sisi Allah sekaligus menjadi bagian dari hamba-hamba Allah yang menjaga keaslian Al-Qur’an dengan selalu berusaha mempelajari dan memperbaiki kualitas bacaan kita sehingga kualitas dakwah yang kita sampaikan lebih baik.

Warning Bencana & Bertobat Kembali Ke Jalan Allah SWT

Banyak kita-kita yang beranggepan bahwa negeri Indonesia, yang kita cintai karena Allah, dilanda musibah demi musibah karena Allah hendak memberikan (peringatan keras) kepada ummat Islam agar bertaubat dari berbagai maksiat yang kian tampil secara terang-terangan.

kemaksiatan yang hadir dewasa ini di Indonesia, negeri berpenduduk muslim terbesar di dunia ini, sudah meliputi segenap aspek kehidupan. Silahkan dan mari sama-sama kita renungkan...!
Segenap aspek kehidupan tersebut telah dikembangkan dengan semangat mengabaikan bagaimana sebenarnya Allah menuntut kita mengelolanya. Manusia nyangkain bahwa semua aspek hidup itu boleh dikembangkan seenaknya menurut selera dan hawa nafsu manusia. Minjemin ungkapan bahasa saudara Adian Husaini beliau menulis sebagai berikut:

”Kita menyaksikan, bagaimana sekelompok orang – dengan alasan kebebasan berekspresi (freedom of expression) -- dengan terang-terangan menantang aturan Allah dalam soal pakaian. Mereka menyerukan kebebasan. Mereka pikir, tubuh mereka adalah milik mutlak mereka sendiri, sehingga mereka menolak segala aturan tentang pakaian. Bukankah tindakan itu sama saja dengan menantang Allah: ”Wahai Allah, jangan coba-coba mengatur-atur tubuhku! Mau aku tutup atau aku buka, tidak ada urusan dengan Engkau. Ini urusanku sendiri. Ini tubuh-tubuhku sendiri! Aku yang berhak mengatur. Bukan Engkau!” Memang, menurut Prof. Naquib al-Attas, ciri utama dari peradaban Barat adalah ”Manusia dituhankan dan Tuhan dimanusiakan!” ((Man is deified and Deity humanised). Manusia merasa berhak menjadi tuhan dan mengatur dirinya sendiri. Persetan dengan segala aturan Tuhan!”

Hal ini sedang terjadi secara global di seluruh penjuru dunia. Indonesia tidak terkecuali. Mengingat bahwa Indonesia dihuni oleh jumlah ummat Islam terbanyak di dunia, maka tanggung-jawab kitapun menjadi lebih besar untuk menunjukkan di hadapan Allah bahwa kita bukanlah ummat Islam yang sekedar bangga dengan kuantitas.

Masyarakat tersebut mengaku beriman, namun dalam beriman kepada Allah masyarakat itu sendiri yang menentukan bagaimana mereka beriman kepada Allah. Mereka ogah-ogahan tunduk kepada bagaimana semestinya mereka beriman menurut Kehendak Allah. Inilah yang dimaksud di dalam ayat:


وَمَا قَدَرُوا اللَّهَ حَقَّ قَدْرِهِ

”Dan mereka tidak menghormati Allah dengan penghormatan yang semestinya...” (QS Al-An’aam ayat 91)

Dengan berlindung di balik faham-faham modern yang bersumber dari peradaban Barat sebagian muslim di negeri ini telah meninggalkan Islam sebagai Pegangan Hidup. Baik sadar maupun tidak sadar. Mereka meninggalkan berfikir dan berperasaan menurut bagaimana yang Allah kehendaki karena mereka telah termakan oleh faham Humanisme, Liberalisme, Sekularisme dan Materialisme.

masihkah kita perlu heran mengapa bencana demi bencana Allah tetapkan berlaku di tengah masyarakat berpenduduk muslim terbesar di dunia dewasa ini? Sudah tiba masanya bagi kita semua untuk bertaubat dengan Taubatan Nasuhan (taubat poll-pollan), khususnya di dalam menjadikan Islam sebagai satu-satunya Pegangan Hidup dalam kehidupan pribadi maupun kolektif.

Kata ”Taubat” bermakna ”kembali”, yakni kembali kepada Allah dalam segenap hal. Maka sudah tiba masanya bagi ummat Islam terbesar jumlahnya di dunia ini untuk kembali dan hanya kembali kepada semua aturan hukum Yang Maha Adil lagi Maha Bijaksana, Allah Subhaanahu wa Ta’aala. Aturan dan aturan bikinan manusia merupakan produk makhluk yang sarat sifat zalim dan bodoh.

إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولًا

“Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.” (QS Al-Ahzab ayat 72)

Sangat gak konsisten jika di dalem doa kita berkata: ”Aku ridha Allah sebagai Rabb, Islam sebagai Din dan Muhammad sebagai Nabi dan Rasul”, namun dalam keseharian kita masih saja mengakui dan mengagung-agungkan faham/ajaran peradaban Barat/siapa pun dia berasal yang sejatinya berprinsip mengingkari bahkan mempersekutukan Allah Yang Maha Kuasa lagi Maha Esa.

وَلَا تَدْعُ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آَخَرَ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ كُلُّ شَيْءٍ هَالِكٌ إِلَّا وَجْهَهُ لَهُ الْحُكْمُ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ

“Janganlah kamu sembah di samping (menyembah) Allah ta’aala, tuhan apapun yang lain. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah ta’aala. BagiNyalah segala penentuan(hukum), dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan.” (QS Al-Qashash ayat 88)

SMS dari 02198967xxx

Ustat Yusuf..koleksi cd ustat yg sy punya luar biasa..mengechase sy, dan istri jadi agak tenang stl sering disetel..ustat trus bantu doa ya..agar jadi pengusaha islam yg sukses..dan full suport di jalan ALLAH..sampai wafat..hingga RASUL bangga..dan sy akan cerita bhw guru sy adl..ustat YUSUF MANSYUR..amin.

Jawaban saya:

Alhamdulillah... Saya mau cerita dikit. Alkisah ada seseorang yg tersenyum pada suatu hari, sbb ia katanya bisa bersedekah 15jt. Padahal sebelomnya sedekah 1jt saja rasanya ga pernah. Lalu ditanyakan kpd dia, apakah ia punya rizki banyak sehingga bisa sedekah sampe 15jt begitu? Katanya engga. Terus darimana? Oh, rupanya beliau beli 10 CD The Power of Giving, lalu dia bagi2kan ke kwn2nya. Ternyata ada 2 kawannya yg laporan, bhw setelah mendengar CD tsb, 2 kawannya itu bersedekah masing2 10 & 5jt. Kawan ini senang ketika tahu, bhw ketika orang lain berbuat baik a/ dorongan kita, maka kita dapat pahalanya. Maka itulah dia cerita bhw dia sdh bersedekah 15jt. Di cerita yg lain, tdk sedikit yg laporan bhw mereka2 sdh menjadi juru dakwah/da'i baru. Yaitu dg cara menyampaikan ulang apa yg mereka dengar kpd yg belum dengar. Seperti suami ke istrinya, atau sebaliknya. Atau cara gampangnya, nyetelin CD/Kaset2 dakwah kepada orang2 sekitarnya. Alhamdulillah. Doanya dari semua buat keistiqamahan dan kemanfaatan ilmu dan amal. Amin."

Bercanda dalam Kehidupan

“Dan tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui.” (QS Al-Ankabut ayat 64)

Jamaah yg dirahmati Allah, ayat diatas Allah ta’aala kepengen agar orang bertaqwa memandang kehidupan akhirat dengan penuh kesungguhan karena di sanalah kehidupan sejati akan dijalani manusia. Sedangkan terhadap dunia Allah ta’aala menghendaki orang bertaqwa agar berlaku sewajarnya saja dan tidak terlampau ngoyo dalam meraih keberhasilannya. Sebab kehidupan dunia ini Allah ta’aala gambarkan sebagai tempat dimana orang sekedar bermain-main dan bersenda-gurau.

Di dunia, kalo kita perhatikan bener-bener, orang tidak akan pernah meraih kebahagiaan sejati maupun mengalami penderitaan hakiki. Sementara di akhirat orang bakal senang di surga dalam pengertian yang sesungguhnya dan abadi pula. Dan sebaliknya, di dalam neraka orang akan merasakan penderitaan sejati dan kekal pula. Maka, saudaraku, alangkah naif, hina dan ruginya orang yang rela mempertaruhkan kehidupan abadinya di akhirat kelak dengan alasan ingin merebut keberhasilan dunia. Sungguh orang-orang yang hidup dengan logika sekular seperti itu tentu akan nyesel sekali ketika baru menyadarinya setelah ia berada di alam akhirat. Mereka akan mengakui kekeliruan dan dosa mereka pada saat yang sudah terlambat dan keadaan sudah tidak dapat diperbaiki lagi.

وَقَالُوا لَوْ كُنَّا نَسْمَعُ أَوْ نَعْقِلُ مَا كُنَّا فِي أَصْحَابِ السَّعِيرِ فَاعْتَرَفُوا بِذَنْبِهِمْ فَسُحْقًا لِأَصْحَابِ السَّعِيرِ

”Dan mereka berkata: "Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala". Mereka mengakui dosa mereka. Maka kebinasaanlah bagi penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala.” (QS Al-Mulk ayat 10-11)

Pantes dah bilamana Allah ta’aala memerintahkan Nabi shollallahu ’alaih wa sallam agar menjauh dari kaum pencinta dunia. Sebab mereka tidak pernah peduli dengan peringatan yang datang dari Allah ta’aala dan RasulNya.

فَأَعْرِضْ عَنْ مَنْ تَوَلَّى عَنْ ذِكْرِنَا وَلَمْ يُرِدْ إِلَّا الْحَيَاةَ الدُّنْيَا ذَلِكَ مَبْلَغُهُمْ مِنَ الْعِلْمِ

”Maka berpalinglah (hai Muhammad) dari orang yang berpaling dari peringatan Kami, dan hanya menginginkan kehidupan duniawi. Itulah batas pengetahuan mereka.” (QS An-Najm ayat 29-30)

Nabi shollallahu ’alaih wa sallam memperingatkan dalam sebuah haditsnya bahwa dampak negatif menjadi pemburu dunia sangat jelas’

مَنْ كَانَتْ الدُّنْيَا هَمَّهُ فَرَّقَ اللَّهُ عَلَيْهِ أَمْرَهُ وَجَعَلَ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ وَلَمْ يَأْتِهِ مِنْ الدُّنْيَا إِلَّا مَا كُتِبَ لَهُ

“Barangsiapa yang dunia adalah ambisinya, niscaya Allah ta’aala cerai-beraikan urusannya dan dijadikan kefakiran di hadapan kedua matanya dan Allah tidak memberinya dari harta dunia ini, kecuali apa yang telah ditetapkan untuknya.” (HR Ibnu Majah 4095)

Dan sebaliknya, Nabi shollallahu ’alaih wa sallam menjelaskan manfaat yang diperoleh orang bertaqwa yang menjadikan akhirat sebagai perhatian utamanya.

وَمَنْ كَانَتْ الْآخِرَةُ نِيَّتَهُ جَمَعَ اللَّهُ لَهُ أَمْرَهُ وَجَعَلَ غِنَاهُ فِي قَلْبِهِ وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِيَ رَاغِمَةٌ

“Dan barangsiapa yang akhirat menjadi keinginannya, niscaya Allah ta’aala kumpulkan baginya urusan(dunia)-nya dan dijadikan kekayaan di dalam hatinya dan didatangkan kepadanya dunia bagaimanapun keadaannya.” (HR Ibnu Majah 4095)

Perceraian & Sholat Berjama'ah

Suatu ketika khalifah Abu Bakar Ash-shiddiq radhiyallahu ’anhu saat berangkat menuju masjid untuk mengimami sholat melewati rumah putera beliau, Abdullah bin Abu Bakar radhiyallahu ’anhuma yang masih berstatus penganten baru. Baru beberapa bulan ia menikah dengan wanita sholehah nan cantik jelita bernama ’Atikah radhiyallahu ’anha. Ketika beliau lewat di depan rumah anaknya terdengar suara senda gurau antara suami isteri penuh kecintaan. Lalu ia berlalu dengan harapan anaknya akan segera menyusul ke masjid bergabung dengan orang-orang beriman melaksanakan sholat fardhu berjamaah. Begitu selesai mengimami sholat yang pertama kali ia cari di tengah jamaah yang sholat di belakangnya adalah anaknya, Abdullah radhiyallahu ’anhu. Satu per satu ia teliti, berkali-kali ia cari tidak ditemukan anaknya di sana.

Ketika pulang, Abu Bakar Ash-shiddiq radhiyallahu ’anhu kembali berlalu melewati rumah anaknya, sekali lagi ia dapati senda gurau, suasana penuh keceriaan, kebahagiaan, ketenteraman antara sepasang suami-isteri yang baru memasuki pelaminan, masih terdengar oleh beliau dari luar rumah. Berkali-kali Abu Bakar Ash-shiddiq radhiyallahu ’anhu ber-istighfar, dia ketuk pintu rumah anaknya dengan pelan...

Abdullah radhiyallahu ’anhu, anaknya, membuka pintu. Begitu terkejut ia ketika mendapati ayahnya di depan rumahnya. ’Atikah radhiyallahu ’anha juga begitu terperangah ketika menyadari bahwa yang datang adalah mertuanya.

Abu Bakar Ash-shiddiq radhiyallahu ’anhu mengatakan kepada Abdullah radhiyallahu ’anhu serta isterinya ’Atikah radhiyallahu ’anha: ”Wahai anakku Abdullah, kamu dapatkan kebahagiaan duniawi dengan isterimu, tapi engkau lalaikan jihad, engkau telah lalai terhadap perintah-perintah Allah subhaanahu wa ta’aala, engkau telah lalaikan sholat berjamaah.

Wahai menantuku ’Atikah, engkau tidak bisa membahagiakan anakku. Kecantikanmu, keikhlasanmu untuk berbakti kepada suamimu menyebabkan dia lalai menegakkan sholat berjamaah.

Hari ini, wahai anakku Abdullah, aku minta kau ceraikan isterimu, pisahkan dia dari tempat tinggalmu..! Talak dia dan perlakukan dia sebagaimana wanita-wanita lainnya..!”

Pucat pasi kedua pengantin baru tersebut. Akhirnya Abdullah radhiyallahu ’anhu menceraikan ’Atikah radhiyallahu ’anha. Waktu terus berjalan semenjak perceraian antara mereka berdua. Satu hari perceraian mereka, dua hari, tiga hari, satu pekan, dua pekan, Abu Bakar Ash-shiddiq radhiyallahu ’anhu melihat penderitaan mereka. Penderitaan suami yang mencintai isteri yang telah ia ceraikan. Penderitaan seorang isteri yang telah diceraikan suami yang ia cintai.

Kemudian Abu Bakar Ash-shiddiq radhiyallahu ’anhu memanggil anaknya Abdullah radhiyallahu ’anhu dengan berkata: ”Aku minta kamu rujuk kembali dengan mantan isterimu, ’Atikah. Saya izinkan kamu mengembalikan dia sebagai isterimu dengan harapan kamu jadikan ini sebagai pelajaran kecintaan kepada jihad fi sabilillah di atas kecintaanmu kepada siapapun, termasuk kepada isterimu ’Atikah.”

Ya Allah, ya Rahmaan ya Rahiim, jadikanlah kecintaan kami kepada sholat berjamaah di masjid laksana kecintaan kami kepada Engkau, RasulMu dan al-Jihad fii sabilillah yang lebih kami cintai dari apapun dan siapapun di dunia yang fana ini. Amin

Allah Pemilik Rejeki

Dalam perjalanan kehidupan ini, Allah memang kerap kita lupakan. Ada banyak orang yang begitu mudah mencari pertolongan kepada orang lain lalu menamakannya ikhtiar. Sementara itu, ada yang tauhidnya kuat sekali. Ada yang karena ilmu, ada yang karena kebiasaan, ada yang karena karakter, ada yang karena lingkungan, dan ada pula yang karena pengalaman. Dia cari dulu Allah dan ia bertahan dengan prinsipnya.
Salah satu kisah yang saya kenal adalah kisah seorang penjual kaca. Kisah ini saya naikkan menjadi film layar lebar. Sebab memang dia menginspirasikan saya sekali tentang “rizki itu di tangan Allah”. Penjual kaca ini bagus sekali tauhidnya. Karena itulah kemudian Allah hidangkan buatnya apa yang ia perlukan, kendati kita sama tahu dari tayangan film itu bahwa ikhtiar lewat tangannya tidak berhasil. Itu semua terjadi sebab ia meyakini rizki itu dari Allah, dan meyakini pertolongan itu hanyalah milik Allah.

Betul saudara-saudaraku semua. Kalau ditanya kepada saudara-saudara semua, rizki di tangan siapa? Mesti jawabannya sama. Semua akan menjawab rizki itu di tangan Allah. Kalau memang jawaban itu adalah jawaban yang benar-benar datangnya dari pengetahuan, iman dan kejujuran, mestinya tidak ada yang berani nyolong, tidak ada yang berani nipu, tidak ada yang berani tidak jujur. Selain tidak berani, juga tidak merasa perlu. Mengapa? Lah, kalau di tangan Allah, kenapa mesti begitu-begitu amat. Kan tinggal mendekatkan diri kepada Allah saja, maka lalu terbukalah rizki itu. Kenyataannya? Sebagian kita “tidak percaya” bahwa rizki itu dari Allah. Sehingga masih mencari lewat jalan-jalan yang bukan Jalan-Nya, dan masih mencari dengan cara-cara yang bukan dengan Cara-Nya.

Sebagian yang menjawab bahwa rizki itu dari Allah, pun kurang meyakinkan bila dilihat dari ibadahnya. Ngakunya, iya. Bahwa semua juga mengaku rizki itu dari Allah. Pertanyaan selanjutnya, kalau memang tahu dan sadar rizki itu dari Allah, mengapa lalu meninggalkan-Nya? Melupakan-Nya? Melalaikan-Nya? Atau minimal, mengapa tidak terlalu mengistimewakan-Nya?

Sederhana saja contohnya.

Azan berkumandang. Tanda Yang Memberi Rizki, memanggil. Apa yang terjadi? Saudara seperti tidak mengenal rizki yang saudara makan dari Allah. Cuek saja. Tidak bergegas. Tidak takut akan tidak dibagi rizki. Denger azan, biasa saja.

Beda sekali bila yang memanggil pimpinan. Begitu dipanggil, detik itu juga meluncur datang ke mejanya, ke ruangannya. Takut sekali kalau ga segera memenuhi panggilannya. Takut begini, takut begitu.
Seseorang yang sudah janjian akan meeting dengan pimpinan, akan takut sekali tidak tepat waktu. Apalagi sampe telat. Masuk bareng dengan pimpinan saja, rasanya sungkan. Kepala divisi kita, kepala bagian kita, sebagian BOD kita, akan menyarankan kepada kita, kalo bisa sudah hadir 15 menit sebelum rapat. Supaya jangan kedahuluan sama yang punya perusahaan. Jangan sampe keduluan sama dirut.

Bagaimana dengan Allah? Katanya rizki itu dari Allah? Katanya yakin bahwa bisa bekerja dan berusaha karena Allah. Bahkan lebih jauh lagi, kita menyadari dan tahu bahwa hidup ini pun sejatinya pemberian Allah. Lengkap dengan segala apa yang menjadi fasilitas hidup ini. Tapi sama Allah, ga ada pengistimewaannya.
Sama Allah sebenernya kita ini udah janjian. Janjian apa? Janjian shalat minimal. Sebagai seorang hamba Allah, seyogyanya kita tahu akan jadwal shalat. Itulah jadwal janjian kita dengan Allah. Bukan malah menghindar. Dan malah harusnya tambah merindukan. Setelah shubuhan, rindu waktu dhuha. Setelah dhuha, rindu waktu zuhur. Setelah zuhur, rindu waktu ashar. Setelah asharan, rindu waktu maghrib. Setelah maghriban, rindu waktu isya. Setelah isya-an, rindu waktu tahajjud. Setelah tahajjud, tidak kepengen melepas tahajjud kecuali menyertakannya dengan witir, baca al Qur’an, dan beristighar.

Kita rindu DIA. Sebab di waktu-waktu itulah kebersamaan kita. Benar sih, setiap saat Allah bersama kita. Tapi kalau di waktu-waktu prime time kita tidak bisa mengistimewakan-Nya, apa iya kita bisa merasa bisa bersama Allah terus?

Seseorang yang dijanjikan modal, akan melakukan apa saja yang diminta oleh pemodal itu agar permohonannya diluluskan. Sedangkan Allah? Dia sudah memberi tanpa kita minta. Tapi kemudian kita berjalan seakan-akan kita tiada mengenal-Nya. Tinggal bersyukur doangan ternyata kita tidak mampu. Astaghfirullaahal ‘adziem.

Tanya Jawab SMS

PERTANYAAN ( 081798XXXXX )

Awb , mungkin bpk adalah ajudan ustad jusupmansyur, apa yg bpk lakukan dgn tdk mau angkat telp dan jg tdk mau jawab sms, merupakan cerminan org yg tdk islami ! Org briman n brtakwa pasti memelihara tali silaturahmi , sbanyak apa pun call n sms yg bpk terima itu adalah bagian dari resiko pekerjaan sbg ajudan org tenar , pd saat tenar , rendah hatilah jgn sombong , menunduklah ke bawah, krn bukan tdk mungkin bila snmbong begini maka akan diterpurukkan ke tempat yg serendah2nya kembali spt Aa Gym , zaenudin Mz ,dll , di gratisin aja banyak org yg ga mau denger lg ceramahnya ! Ok ? Mohon respon nya ! Kasian khan, ustad jusup nya Shaleh , rusak krn ulah bpk sbg ajudan nya yg kesombongan ! Tx ! El.

JAWAB :

El yang baik. Saya tdk punya ajudan. Saya tdk punya sekretaris, dan saya tdk punya manajemen. Untuk urusan tausiyah, saya betul2 tdk punya tangan kanan. Saya sdh jelaskan banyak hal di website u/ meminta kemakluman jamaah yg sms dan telpon saya. El bisa lihat di website saya: www.wisatahati.com, khususnya yg berkenaan dg soal ini. Dan u/ tdk membuat El buruk sangka, berikut saya nukilkan sedikit apa yg saya tulis di web sbg penjelasan:
- sms yg masuk saban hari berkisar antara 500-1000 sms.
- dering telpon, relatif berkisar per 3 menit sekali u/ jam2 sibuk/jam2 kerja.
- kegiatan saya, buanyak sekali. Dlm 1hr, bisa tausiyah 2-3x. Stiap tausiyah brdurasi 1 jam, praktis saya pun tdk bs menggunakan hp selama lbh kurang 30 menit sebelumnya, dan 30 menit sesudahnya, u/ berkomunikasi dg jamaah dan panitia/tuan rumah. Selama masa itu saja, sdh ada 2 jam yg saya ga paham siapa yg sms dan nelpon. Dan pd masa 2 jam itu, sms biasanya berkisar 50-150 sms.
- dlm keadaan tdk capai, maka setelah tdk tausiyah, atau di dlm perjalanan, maka saya akan melihat sms dan menjawab yg sdh sy catat namanya. Sbb cara yg paling gampang adlh dg mengidentifikasi sms yg masuk.
- kegiatan lain saya, menerima tamu, mengajar lsg para santri, dan istirahat. Di masa2 itu, pun saya tdk bisa bersentuhan dg hp.
Banyak yg menyarankan agar saya pakai sekretaris/ajudan/manajer.
Tp saya bertahan u/ tdk memakainya. Biar saja. Begini saja. Mdh2an Allah memaklumi sbb memang situasinya kadang yg tdk memungkinkan. Di antara yg sms, ada yg trnyata mengirim ketika saya sdg membuka hp (kebetulan). Thd yg begini, suka juga saya sempatkan "nyelang" u/ balas. Demikian ya El. Maafkan saya. Maaf lahir batin.

Menata Bait Kehidupan

Anugerah hidup kadang tampil melalui rute yang tidak diinginkan. Ia tidak datang diiringi dengan tiupan seruling merdu. Tidak diantar oleh dayang-dayang nan rupawan. Tidak disegarkan dengan wewangian harum.

Saat itulah, tidak sedikit manusia yang akhirnya dipermainkan keadaan. Persis seperti anak katak yang takut cuma karena langit hitam, angin yang bertiup kencang, dan kilatan petir yang menyilaukan. Padahal, itulah sebenarnya tanda-tanda hujan.

Benar apa yang diucapkan induk katak: jangan takut melangkah, jangan sembunyi dari kenyataan, sabar dan hadapi. Karena hujan yang ditunggu, insya Allah, akan datang. Bersama kesukaran ada kemudahan. Sekali lagi, bersama kesukaran ada kemudahan.

Menangkap makna hidup sebagai sebuah pertarungan, memberikan sebuah kesimpulan bahwa merasa tanpa musuh pun kita sebenarnya sedang bertarung. Karena musuh dalam hidup bisa berbentuk apa pun: godaan nafsu, bisikan setan, dan berbagai stigma negatif. Inilah pertarungan yang merongrong keaslian jatidiri: sebagai muslim, aktivis, dan dai.

Pertarungan tanpa kekerasan ini bisa berakibat fatal dibanding terbunuh sekali pun. Karena orang-orang yang kalah dalam pertarungan jatidiri bisa lebih dulu mati sebelum benar-benar mati. Ia menjadi mayat-mayat yang berjalan.

Bagian terhebat dari pertarungan jatidiri ini adalah orang tidak merasa kalah ketika sebenarnya ia sudah mati: mati keberanian, mati kepekaan, mati spiritual, mati kebijaksanaan, dan mati identitas.

MENATA BAIT KEHIDUPAN

Anugerah hidup kadang tampil melalui rute yang tidak diinginkan. Ia tidak datang diiringi dengan tiupan seruling merdu. Tidak diantar oleh dayang-dayang nan rupawan. Tidak disegarkan dengan wewangian harum.

Saat itulah, tidak sedikit manusia yang akhirnya dipermainkan keadaan. Persis seperti anak katak yang takut cuma karena langit hitam, angin yang bertiup kencang, dan kilatan petir yang menyilaukan. Padahal, itulah sebenarnya tanda-tanda hujan.

Benar apa yang diucapkan induk katak: jangan takut melangkah, jangan sembunyi dari kenyataan, sabar dan hadapi. Karena hujan yang ditunggu, insya Allah, akan datang. Bersama kesukaran ada kemudahan. Sekali lagi, bersama kesukaran ada kemudahan.

Menangkap makna hidup sebagai sebuah pertarungan, memberikan sebuah kesimpulan bahwa merasa tanpa musuh pun kita sebenarnya sedang bertarung. Karena musuh dalam hidup bisa berbentuk apa pun: godaan nafsu, bisikan setan, dan berbagai stigma negatif. Inilah pertarungan yang merongrong keaslian jatidiri: sebagai muslim, aktivis, dan dai.

Pertarungan tanpa kekerasan ini bisa berakibat fatal dibanding terbunuh sekali pun. Karena orang-orang yang kalah dalam pertarungan jatidiri bisa lebih dulu mati sebelum benar-benar mati. Ia menjadi mayat-mayat yang berjalan.

Bagian terhebat dari pertarungan jatidiri ini adalah orang tidak merasa kalah ketika sebenarnya ia sudah mati: mati keberanian, mati kepekaan, mati spiritual, mati kebijaksanaan, dan mati identitas.

6 Hadist mengenai Dajjal

“Allah tidak menurunkan ke muka bumi -sejak penciptaan Adam as hingga hari Kiamat- fitnah yang lebih dahsyat dari fitnah Dajjal.” (HR Thabrani 1672)

Anas r a. berkata bahwa Rasulullah saw bersabda, "Tiada seorang nabi pun melainkan telah memperingatkan umatnya dari si buta sebelah dan pendusta. Ingatlah kami bahwa Dajal itu buta sebelah matanya dan Tuhan kamu tidak buta. Tertulis diantara mata Dajal itu 'kafir'." (HR Bukhari dan Muslim).

“Dajjal tidak akan muncul sehingga manusia melupakannya dan para Imam meninggalkan untuk mengingatnya di atas mimbar-mimbar.” (HR Ahmad 16073)

Suatu ketika ihwal Dajjal dibicarakan di hadapan Rasulullah saw. Kemudian beliau bersabda: ”Sungguh fitnah yang terjadi di antara kalian lebih aku takuti dari fitnah Dajjal, dan tiada seseorang yang dapat selamat dari rangkaian fitnah sebelum fitnah Dajjal melainkan akan selamat pula darinya (Dajjal). Dan tiada fitnah yang dibuat sejak adanya dunia ini –baik kecil ataupun besar- kecuali dalam rangka menyongsong fitnah Dajjal.” (HR Ahmad V/389)

"Dan sesungguhnya Dajjal itu bermata satu; sebelah matanya tidak nampak. Di antara kedua matanya tertulis "kafir" yg terbaca oleh setiap mu'min yg mengerti baca-tulis ataupun tidak." (HR Ahmad)

Abu Hurairah r.a. berkata bahwa Rasulullah saw bersabda, "Sukakah saya jelaskan kepadamu tentang Dajal yang belum dijelaskan oleh seorang nabi kepada kaumnya. Sesungguhnya Dajal itu buta sebelah matanya dan ia akan membawa berupa surga dan neraka, maka yang dikatakan surga itu sebenarnya adalah neraka." (HR Bukhari dan Muslim).

Ujian Keimanan di Jaman Akhir

Ada buku berjudul Dajjal: the Anti-Christ. Dalam buku tersebut ia menjelaskan bahwa peradaban dunia semenjak sekitar seratus tahun belakangan ini telah menjelma menjadi sebuah Sistem Dajjal. Yaitu sebuah sistem kafir yang segenap lini kehidupannya didominasi oleh Dajjalic Values (nilai-nilai Dajjal). Sebuah sistem yang secara diameteral bertolak belakang dengan sistem Kenabian yang didominasi oleh nilai-nilai keimanan. Coba perhatikan, tidak ada satupun aspek kehidupan modern dewasa ini yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Sebut saja bidang ideologi, politik, sosial, moral, seni-budaya, ekonomi, pendidikan, militer dan pertahanan keamanan. Semua telah di-shibghah (baca: dicelup) oleh nilai-nilai kekufuran jauh dari shibghah Islamiyyah (celupan Islam). Sistem Dajjal ini sedang menanti kehadiran oknum pimpinannya. Bila sekarang Dajjal keluar maka ia akan segera dinobatkan menjadi Imam peradaban yang jauh dari nilai keimanan di dunia modern. Sebab sistem ini dibangun agar pas dengan datangnya Dajjal.

Asal makna ”dajjal” ialah ”al-kholath” (mencampur, mengacaukan, membingungkan). Dikatakan bahwa ”seseorang itu berbuat dajjal bila ia menyamarkan dan memanipulasi”, dan Dajjal adalah manipulator dan pembohong yang luar biasa.. Ia dinamakan Dajjal karena ia menutupi kebenaran dengan kebatilan, atau karena ia menutup kekafirannya terhadap orang lain dengan kebohongan, kepalsuan dan penipuannya atas mereka.

Maka dalam situasi dunia seperti ini ummat Islam menjadi lebih relevan lagi untuk meningkatkan penghayatannya ketika membaca doa yang diajarkan Nabi shollallahu ’alaih wa sallam di akhir sholatnya pada saat tahiyat akhir menjelang salam ke kanan dan ke kiri.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا تَشَهَّدَ أَحَدُكُمْ فَلْيَسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنْ أَرْبَعٍ يَقُولُ اللهم إني أعوذبك بِكَ مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ وَمِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ وَمِنْ شَرِّ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ’anhu ia berkata: Rasulullah shollallahu ’alaih wa sallam bersabda: “Bila kalian membaca tasyahud terakhir maka hendaknya berlindung kepada Allah ta’aala dari empat perkara, "Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari (1) azab jahannam dan (2) azab kubur dan (3) fitnah kehidupan serta kematian dan dari (4) jahatnya fitnah Al-Masih Ad-Dajjal" (HR Muslim 923)

Secara keseluruhan ada 4 antisipasinya, Insya Allah semoga dengan mengamalkan Jalan dari Allah dan Rasulullah SAW, kita semua akan selamat. Amin.

1. Selalu menjaga doa-doa yang disuruh membacanya oleh Rasulullah saw pada akhir setiap shalat (setelah tahiyat akhir) yaitu :

اللَّهُمَّ إنِّي أَعُوذُ بِك مِنْ عَذَابِ جَهَنَّمَ ، وَأَعُوذُ بِك مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ ، وَأَعُوذُ بِك مِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ ، وَأَعُوذُ بِك مِنْ فِتْنَةِ الْمَسِيحِ الدَّجَّالِ

Artinya : “Wahai Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari adzab neraka jahanam, dan aku berlindung kepada-Mu dari adzab kubur, dan aku berlindung kepada-Mu dari fitnah hidup dan mati, dan berlindung kepada-Mu dari fitnah al masihuddajjal.”

2. Menghafal surat al Kahfi atau sepuluh ayat yang diawalnya atau sepuluh ayat yang diakhirnya. Bahkan orang yang menghafal tiga ayat saja diawal surat al Kahfi, maka ia akan terjaga dari dajjal.

Telah bersabda Rasulullah saw,”Barangsiapa yang menghafal sepuluh ayat dari awal surat al Kahfi, maka ia akan terjaga dari fitnah dajjal.” (HR. Muslim, Ahmad dan Tirmidzi)
Sedangkan didalam hadits Muslim dan Abu Daud disebutkan,”sepuluh ayat diakhir surat al Kahfi.” Dan didalam hadits yang lain disebutkan,”tiga ayat dari awal surat al Kahfi.”

Barangsiapa yang ditakdirkan oleh Allah melihat dajjal hendaklah ia meludahi mukanya seakan-akan ia adalah Khindzib, yaitu setan penggangu shalat. Dan hendaklah ia membaca ayat-ayat awal atau akhir dari surat al Kahfi, semoga Allah menyelamatkannya dari dajjal.

3. Barangsiapa yang mendengar kemunculan dajjal, hendaklah ia berlindung ke kota Madinah atau Mekah, karena kedua negeri itu tidak akan dapat dimasuki oleh dajjal.

4. Barangsiapa yang tidak mampu melakukan tiga hal diatas maka hendaklah ia lari dari depan dajjal, karena ia tidak akan membahayakannya dengan tetap berdzikir dan berdoa penuh keimanan keyakinan kepada kekuasaan Allah SWT. Cukuplah Allah SWT sebaik2nya penolong kita semua dan kaum beriman dimana pun mereka berada.

Berbaiksangka kepada Allah

Pertanyaan dari 08562160xxxx:
Assalamualaikum w.w, ustadz.. Apakah memang sunatullahNya harus begini ya.. Ketika kita coba memperbaiki diri, kita harus mengalami situasi 'drop' dalam arti kekurangan harta.. Padahal kita tentu maunya meningkat.. Saya rabu kemarin genap 40 hari dhuha ustadz.. dengan zikir 'ya fattahu ya rozzaqu' yang ustadz ajarkan..

Jawaban :
Selama 40 hari, deket sama Yang Punya Harta. Ini melebihi apapun. Cara pandangnya saja yang diubah. Kemaren, kita tiada bagus ibadah. Sekarang, kita lumayan ajeg ibadahnya. Dan percayalah, ga ada yang sia-sia. Saya selalu make tahapan-tahapan : 3 hari, 7 hari, 14 hari, 21 hari, 40 hari, dan 100 hari. Di angka-angka hari ini, pasti insya Allah ada kebaikan. Bilamana tidak tembus hajat dan tidak selesai masalah, biasanya yang bersangkutan pernah melakukan 1 dari 10 dosa besar. Maka, pengarahan fadhilahnya diarahkan Allah lebih kepada dosa dan maksiatnya. Kemudian diulangi saja lagi dengan stamina yang lebih dari yang kemaren. Insya Allah naik senaik-naiknya. Jika tiada ada dosa yang berarti, maka berarti ada maksud Allah untuk manjangin umur. Barangkali takdir umurnya nyampe. Maka Allah panjangin dulu umurnya. Atau kena bala. Balanya yang disingkirkan. Perbanyak husnudzdzan sama Allah ya.

Btw, ada orang yang beranggapan bukanlah dosa tidak tepat waktu, dan bukanlah dosa tidak berjamaah dalam shalat wajib, dan bukan juga berdosa tiada tertegak sunnah-sunnah muakkadah; qabliyah ba'diyah, dhuha, tahajjud, dan witr. Padahal itu semua adalah dosa dan memiliki pengaruh positif negatif tersendiri. Banyak CD yang di dalamnya sudah saya bahas tentang ini. Salah satunya: CD Wasiat Terakhir Rasulullah dan Benahi Shalat Kita. Coba dicari ya. Juga buku-buku. Bahkan di KuliahOnline juga sudah tak bahas. Kejar terus amal ibadah yang kurang-kurang, untuk menggenapinya. Baarokawloohu fiikum.

Tinggalkan kalimat-kalimat sesat seperti yang saudara ajukan: Mengapa ketika kita mendekat kepada Allah, lalu ujian datang bertubi-tubi? Jangan. Hilangkan kalimat ini. Supaya kawan-kawan kita, saudara-saudara kita, yang lagi berniat berangkat ke Allah, tidak ketakutan. Saya sendiri menikmati situasi ini, yaitu ketika kejadiannya seolah-olah membenarkan kalimat tersebut. Namun segera saya banting ke percaya sama Allah. Dan saya katakan dengan gagah namun tetapi tawadhu di hadapan Kuasa dan Kebesaran-Nya: "Ya Allah, andai Engkau menganggap tidak cukup amal-amalku untuk menahan agar tidak ada dosa yang menghimpit diriku, membebani pundakku, maka tiadalah mengapa Engkau segerakan. Namun jangan ada yang Engkau segerakan, kecuali Engkau melindungiku dari keletihan ibadah kepada-Mu, menodai kepercayaan akan janji-janji,Mu, dan kemudian membuatku putus asa. Ya Allah, aku terima semua kesusahan ini, sebagai selayaknya aku terima. Ketimbang Engkau tunda dan baru kemudian diberikan di akhir hayatku, apalagi di kuburku. Ya Allah, bila amal2ku tidak cukup u/ melindungiku, maka cukuplah Engkau sebagai Pelindungku, sebagai Penolongku, sebagai Penjagaku. Engkaulah ya Allah Yang Maha Menolong tanpa melihat amalku. Engkaulah ya Allah Yang Maha Mengasihi tanpa sebab amalku. Hanya izinkan aku terus mempersembahkan ibadah terbaik untuk-Mu setelah hanya kemaksiatan yang lbh menghias catatan amalku. Kepada-Mu ya Allah Engkau menjaga hatiku u/ tetap bisa tersenyum kepada-Mu, apapun takdir yang Engkau tetapkan untukku".

Tanya Jawab SMS ( Kompensasi & Janji )

08193282xxxx:

Ass. Ustadz sy berulang kali bc buku kun fayakun dan ta'lim diberbagai kesempatan. Bagaimana menumbuhkan keyakinan akan kuasa Alloh atas kompensasi shodaqoh yg kita keluarkan. Afwan. Bgmn jg kalkulasi shodaqoh atas niat atau hajat nilai nominal shodaqoh yg hrs dikeluarkan. Spt : kalau kita butuh 50 juta apa dibagi 700? Pembagian atau teori angka 7?

Jawaban :

Bilangan pembaginya: 10 dulu. Kalo 10 ga kuat, pakai bilangan pengali 2,5%. Kalo 2,5% msh ga kuat, pakai bilangan pembagi 700. Nanti angkanya semakin kecil. Tp kudu jujur. Jangan lsg pilih yg 700. Malah kalo bisa, lakukan bilangan pengali yg bukan 10%-an, tp 20, 30, atau >50% hingga ketemu angka sedekah yg berkategori "terbaik" atau pol2an. Untuk bisa menumbuhkan keyakinan adalah mengetahuinya dulu u/ pertama kalinya. Terus mendengar dan membuka hati u/ pengalaman2 sedekah orang banyak. Kemudian meyakini dan melakukan. Bahkan kadang doing is believing itu lbh hebat. Artinya, jgn mikir. Laksanakan saja. Janji sedekah adalah janji Allah. Pasti trjadi. Asal sabar dan yakin serta baik sangka.

TANYA JAWAB SMS ( Pertolongan Allah )

081-780XXXXX :

skrg ini status sbgai karyawan yg sdng sy cari,ada pekerjaan mantu ku sayang,ga ada pekerjaan mantu ku.....?Tp sy tetap tegar n tawakkal ngadepinnye,sblah mata sy di pandang bang,tp dgn ayah sy baik2 saja,ayah maklum dgn kndsi sy slama ini.istri pun tiada henti menangisi tntg kndsi fisikis sy di sini.Sy dah berdoa dan berusaha skuat tnaga U bs ngimbangin hdp di sini,tp tetap saja salah yg terus menghampiri saya.(di maido terus sy bang)Sy yakini ini ujian agar sy bs naek kelas.Mhn doa dan perhatian tntg mslh yg sdng sy hadapin.Hara maklum dgn sms ini.


JAWABAN :

Ada baiknya Taufik keluar sbg pemenang, hanya dengan Pertolongan Allah saja. Dulu saya juga demikian. Saya sampe menelusuri rel kereta api, dari Kalideres ke Angke. Jalan kaki. Hanya gara2 bingung ga ada pekerjaan, dan juga ga ada uang. Sepekanan kurang lebih, pekerjaan saya hanya ke rumah orang tua di Jembatan Lima di pagi hari, dan kembali di sore hari.

Di sepanjang jalan, saya menangis dan banyak2 menyebut-Nya. Hingga kemudian saya sadar, kalau saya jalan kaki saja bisa, kenapa saya tidak kuat ibadah untuk-Nya. Kemudian saya tutup juga pintu berharap kepada makhluk-Nya. Semakin saya berharap kepada saudara2 saya, semakin payah keadaan saya. Saya jadi makhluk yang tambah meratapi keadaan saya, dan semakin marah, sebel, benci, dengan keadaan orang2 yang saya gantungi harapan saya.

Belajarlah dari kondisi sekarang ini. Percayalah, tidak ada modal trbaik untuk kemudian taufiq melesat. Kecuali keadaan2 seperti sekarang ini; terhina, miskin, lapar, kasihan dengan nasib istri dan anak, tidak ada pekerjaan, tersiksa batin, tidak ada kehormatan dan kemuliaan, dan lain2 bentuk kesusahan dunia. Semua ini, modal yang sangat luar biasa, bila kita jadikan bahan bakar untuk menyegerakan diri ke Allah. Sampe senyampenya.

Allah Maha Kuasa, Jangan lemah

Hari gini, banyak yang berputus asa. Atau sedikitnya, berkurang imannya kepada Allah. Banyak yang tidak percaya bahwa ia bisa berhasil. Tidaklah sedikit yang percaya bahwa nasib buruk akan menimpanya. Atau, tidak mau meyakini bahwa pertolongan Allah itu bakal datang. Sebagiannya hanya mau percaya bahwa hidupnya ya gitu-gitu aja. Ga akan ada perubahan, sbb otaknya mengatakan ia tidak mungkin berubah. Tanya saja kepada seorang pegawai yang gajinya kurang. Ia akan memandang segala kekurangannya, dan kekalahannya setiap bulan secara keuangan.

Tanya juga para pedagang yang kekurangan modal. Baginya, ia bakalan punya keuntungan berlipat-lipat kalau ia bisa memiliki modal tambahan yang berlipat-lipat. Tanya pula mereka yang memiliki hutang segunung, sedangkan pekerjaan dan usaha sdh tidak ada. Apalagi kalau kemudian peluang dan kesempatan juga terasa gelap baginya. Maka, hutang itu katanya tidak akan pernah terbayarkan. Tanya pula kepada mereka yang terkena kanker, atau anggauta keluarganya ada yang kena penyakit kronis, menahun. Ia akan lihat kematian yang cepatlah jawaban yang tepat.

Kun Fayakuun, ia saya suarakan agar diri ini tidak melemah. Tidak jatuh dlm keputusasaan. Tidak larut dalam kesedihan. Dan yang lbh penting lagi, tumbuh kemudian keinginan tuk berubah, dan percaya bahwa segalanya masih mungkin, sebab tuhannya adalah Allah Yang Maha Kuasa. Kun Fayakuun.

Peranan Hati dalam kehidupan

Marilah kita sering2 merenung mengingat Allah SWT, mari sesering mungkin bawain hati ini untuk berwisata kepada jalannya Allah Swt.

Sebenarnya apa penyebab iman ini lemah, karena kita terbiasa dengan segala yang sifatnya keduniaan, segala sesuatunya dipatokin dgn materi sebagai jawaban. Allahnya dikemanain, padahal Dialah jawaban. Allah mah gak kemana2, manusianya aja yang ngejauh, jauh dan jauh.

Pernahkah Allah meninggalkan kita?, coba direnungin. Sekiranya Allah ninggalin kita, gak mau ngurusin mahluk2-Nya, niscaya gak ada lagi kehidupan.

Liat, jantung yg berdetak ini, bukti dimana kita kagak ada kuasa sama sekali untuk mengontrolnya, kita tidur ia tetap berdetak, kita beraktifitas pun selalu si jantung didalam badan kita ini terus berdetak, begitupula nafas, segalanya serba otomatis, semuanya Allah yg ngendaliin semua penggerak kehidupan hingga sampe waktunya. Bukti ini udah cukup jika kita coba renungin dalem-dalem, bahwa Allah gak pernah ninggalin kita.

Kitanya yg kudu nyamperin Allah, kejar ampunan-Nya, kerjar Ridho-Nya. Allah seneng kita sholat pd waktunya, lakuin. Allah seneng kita menangis dlm sujud, lakuin. Allah seneng kita bakti sm orang tua, kerjain. Jalan2 mendekat itu ada, gak mungkin Allah itu ngejauh, kitanya lah yg jauh dgnnya, kelalaian dlm mengingat-Nya, dosa2 yg dibiarin dtumpuk, kadangkala sholat tp hati gak diikutin karena sholatnya cuma sebatas gerakan, gak ada perasaan bahwa dirinya sedang berhadapan dgn siapa.

Penyebab hati ini lemah

Sebabnya ya kelalaian, dosa2 hingga hati ini berkarat, susah bener ibadah, bawaannya males. Karena yg dipatokin cm dunia, hatinya digantungin ke kantor, digantungin ke bisnis, digantungin ke orang, itu semua seringkali di kejar sampe menyepelekan kewajiban2nya Ibadah, Allah dihatinya ditempatin ke nomer sekian. Padahal semua kehidupan ini Allah yg punya, orang tua kita pun Allah yg ciptain, semua rasa kasih sayang pun itu juga datengnya dari Allah, jadi sewajarnyalah kalo kita harusnya menomersatuin Allah diatas segala-galanya.

Kadang kita sering beranggapan mengenai tingginya nilai seseorang yg tahu terima kasih, seorang yg berjasa besar pada kita akan kita bales budinya, kita hormat, kita turutin keinginan orang itu karena kita ingin bales budi, nah sekarang pegimana sikap kita sendiri sm Allah, pencipta kehidupan manusia, kita, keluarga. Marilah kita banyak2 merenung, agar kita bisa menjadi hamba Allah yg pandai bersyukur. Dimana bersyukur kepada Allah itulah, yang dijadikan alasan dari niat Rosulullah SAW sampe bengkak kakinya karena sholat tahajud yg terlalu lama berdiri, padahal beliau dijamin masuk Syurga.

Dikehidupan Allah udah demikian baiknya sama kita, jadi gak mungkin Allah itu membuat hambanya sengsara, ujian kehidupan justru diberi karena Allah sayang sama hambanya, agar dia kembali, dosa2nya terhapus, biar banyak mengharap kepada-Nya. Luar biasa, Allah suka sekali jika diminta, semakin banyak kita doa, Allah makin senang. Ujian hidup sering kali menjadi jalan agar seorang hamba bisa kembali, bertaubat, dan memperbanyak ketaatan dalam beribadah, serta menempatkan Allah sebaik2nya penolong, dan sebaik2nya pelindung, karena ia tau bahwa Allahlah yg terbaik dari siapapun.

Marilah kita sering2 merenung mengingat Allah SWT, mari sesering mungkin bawain hati ini untuk berwisata kepada jalannya Allah Swt. [wisatahati.com]

Bersedekahlah dan Keuntungan Menantimu ( Arsip Media )

Kampanye bersedekah yang dilancarkan Ustad Yusuf Mansyur sukses. Banyak umat mendermakan bagian hartanya dalam jumlah besar. Tapi apakah benar, bersedekah layak dilakukan untuk mencapai keuntungan?

Senin 4 Mei 2009, waktu baru menunjukkan pukul tujuh pagi, ketika seorang ibu turun dari ojek motor di depan Sekolah Darul Quran Internasional (SDQI), di bilangan Cipondoh, Tangerang, provinsi Banten.

Berbeda dengan para anak murid, sang ibu bergegas ke lantai ke dua gedung sekolah dan yayasan yang didirikan ustad muda dan terkenal Yusuf Mansyur. Di sana ia bergabung dengan belasan ibu-ibu lain yang sudah menunggu. Tujuan mereka satu: berkumpul dan berkonsultasi dengan sang Ustad.

Baru pada sekitar 08.30, Yusuf nampak keluar dari rumah. Didampingi beberapa rekannya, ia berjelan menuju ke gedung. Ia masih harus bertemu dengan beberapa tamunya, sebelum kemudian masuk ke ruang pertemuan.

Waktu menunjukkan sekitar pukul 09.00. Yusuf Mansur duduk di ruangan tersebut. Ia melihat jam tangannya, sebelum berucap, ”Sampai jam sepuluh ya, karena saya harus ke TVRI,” ujarnya. ”Nah sekarang siapa yang mau memulai? Dari ujung sini saja lah,” sambil menunjuk orang di samping kanannya. ”Apa masalahnya?” tanyanya.

Seorang ibu di samping Yusuf Mansur awalnya terlihat ragu untuk mulai bicara. Dia datang tidak sendirian dari Semarang. Di sampingnya, ada ibunya menemani. Ia sendiri memangku seorang anak berusia sekitar lima tahun. Dalam ceritanya, ibu tersebut menyampaikan bahwa saat ini dia sedang terjerat utang sebesar 70 juta rupiah. Selain itu dia saat ini sedang menjanda. Dia ingin utangnya segera terlunasi dan kembali mempunyai suami.

Ustad Yusuf bertanya apa yang ibu tersebut miliki untuk membayar utang tersebut. Selain itu ustad Yusuf juga bertanya apakah ibu tersebut tidak meninggalkan salat wajib, melakukan salat malam dan salat duha, dan berapa rakaat ibu tersebut melakukan salat duha.

Setelah dijawab, Ustad Yusuf berkata, ”Salat duhanya ditambah ya, 12 rakaat. Nah kalau memang motornya mau di jual dan mau disedekahkan, beri makan anak-anak yatim yang ada di dekat rumah ibu. Undang mereka ke rumah selama beberapa hari, dan ibu rajin berdoa. Insya Allah nanti utang ibu akan terlunasi. Kalau mengenai jodoh, lagak-lagak-nya sih sudah dekat, pokoknya jangan tinggal salat duhanya,” urai Ustad Yusuf. Setelah itu Ustad Yusuf mengajak semua hadiri berdoa, untuk mendoakan ibu yang tadi telah menyampaikan masalahnya.

Kapada beberapa orang lain yang berkosultasi, Ustad Yusuf memberi saran serupa. Menanyakan apakah orang tersebut rajin salat, baik itu salat wajib, salat malam dan salat duha, dan seberapa konsisten orang tersebut memberikan sedekah. Setelah itu mengajak berdoa bersama.

Tepat jam sepuluh Ustad Yusuf berpamitan meninggalkan mereka. Madina yang hadir di acara itu tidak melihat ada peserta yang membayar. Ini adalah sebuah konsultasi gratis.

Sedekah sebagai Solusi

Nama Yusuf Mansur memang mencuat beberapa tahun terakhir ini. Dengan program Wisata Hati-nya ia berhasil mengetuk hati ribuan umat Islam untuk mendermakan sebagian dari kekayaan mereka untuk kepentingan sosial. Dari uang yang terkumpul dari sedekah para dermawan itu, Yusuf mengembangkan antara lain, yang paling terkemuka, Program Pembibitan Penghapal Al Quran (PPPA) Daarul Qur’an.

Hanya dalam waktu tiga tahun Daarul Qur’an telah memiliki sekitar 3.00n santri binaan, dan mengembangkan berbagai lembaga pendidikan baik di tingkat SD, SMP, SMA dan STIK. Di beberapa kota juga telah didirikan peantren gratis bagi anak-anak dari keluara tidak mampu. Yusuf memiliki cita-cita tinggi, menjadikan Indonesia bebas buta Al-Qur’an dengan cara mengoptimalisasi penggalangan dana sedekah.

Namun di mata banyak, nama Yusuf Mansyur dikenal terutama karena konsepnya tentang ‘sedekah sebagai solusi’. Dalam berbagai pengajian dan ceramahnya, Yusuf secara bersemangat menunjukkan pada umat bahwa bersedekah bukanlah sekadar sesuatu yang membawa pahala, namun juga dapat melicinkan jalan mencapai tujuan yang kita inginkan. Kira-kira imbauan sederhananya begini: “Bersedekahlah, dan Allah akan memberi apa yang kau minta”.

Yusuf sangat percaya bahwa ‘bersedekah’ adalah sebuah sarana yang disediakan Allah bagi umat-Nya yang sedang meminta sesuatu. Menurutnya, manusia yang tidak mau menggunakan sarana itu adalah manusia yang sombong. Justru, manusia sebaiknya secara jelas menyatakan pada Allah permintaan spesifik yang hendak dicapai saat bersedekah.

Apa yang didakwahkan ini disambut baik. Banyaknya pihak yang bersedia mensedekahkan uang mereka pada PPPA menunjukkan besarnya kepercayaan mereka. Sebuah buku yang dikeluarkan PPPA, berjudul Senjata Kaum Beriman (2009) memuat berbagai kisah pribadi yang menggambarkan bagaimana sedekah yang dikeluarkan dibayar kontan oleh Allah.

Contohnya cerita Agus Kuncoro, pemain utama dalam sinetron Para Pencari Tuhan. Beberapa tahun lalu ia pernah mengalami masa-masa sulit. Ia putus hubungan dengan calon istrinya, putus hubungan kerja, dan rumah kontrakannya terbakar. Agus mengaku, saat itu ia merasa kehilangan pegangan.

Sampai suatu saat, ia bertemu dengan seorang ustad yang memberi saran sederhana. Menurut sang ustadz, kalau Agus ingin memperoleh pertolongan Allah, ia harus melakukan aqad dengan Allah. “Lu kalau bersedekah kudu pake aqad. Kalau lu ngasih ke orang, sebutir, Lu maunya apa sama Allah. Jangan ngasih-ngasih aja tanpa pamrih pada Allah. Kalau lu bersedekah tanpa pengharapan pada Allah, sama aja Lu pelit berdoa sama Allah,” kata si utsda dengan gaya bicara Betawi.

Nasehat itu pun diikuti Agus. Ia tingkatkan sedekahnya, diiringi dengan doa pengharapan kepada-Nya. Nyatanya strategi itu sukses. “Alhamdulillah, setelah itu pintu-pintu rejeki buat saya seperti terbuka, sehingga saya banyak order dan punya rumah sendiri,” cerita Agus.

Persoalan lain Agus adalah soal anak. Setelah tiga tahun menikah, tak ada tanda-tanda kehamilan pada istrinya. Ia berkonsultasi pada Ustad Yusuf. Saran sang ustad sederhana: sedekahkan saja setengah dari honor film Kun Fayakun. Saran ini diikuti Agus. Ia sumbangkan sebagian penghasilannya pada PPPA. Lagi-lagi sukses. Tak lama kemudian, istri Agus hamil.

Ada banyak cerita lain. Ada kisah tentang seorang wanita yang bisa naik haji dan memperoleh jodoh setelah bersedekah dalam jumlah banyak. Atau tentang seorang pengacara yang menghabiskan uang di atas Rp 150 juta milik kliennya, namun akhirnya bebas dari amukan kliennya setelah ia memutuskan untuk menyedekahkan isi rumah dan kantornya. Dalam kasus lain, seorang wanita yang selamat tanpa cacat dari tabrakan fatal yang dialaminya percaya bahwa itu hanyalah satu rangkaian ‘kejaiban’ dari bersedekah. Begitu juga ada seorang wanita yang selamat dari peristiwa bom Bali percaya itu terjadi karena ia rajin bersedekah.

Sebagian cerita nampak sederhana. Ada pengakuan tentang seorang pria yang mobilnya bermasalah ketika menempuh perjalanan Jakarta-Bandung. Karena itu, ia menerapkan jurus ‘memberi sedekah penolak bala’. Caranya, ia bersedekah Rp 5.000 pada pengemis di beberapa titik perjalanan. Hasilnya? Ia mencapai Bandung dengan selamat.

Solusi sedekah dan Hitungannya

Maafkan kalo ada huruf kapitalnya, sekedar memberikan penekanan kepada kebaikan dan motivasi kita semua, Insya Allah yaa..

“Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. DAN ORANG YANG DISEMPITKAN REZEKINYA, HENDAKLAH MEMBERI NAFKAH DARI HARTA YANG DIBERIKAN ALLAH KEPADANYA. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah kesempitan."
(Q.S. Ath Thalaaq [65] ayat 7)

Sempit rezeki yg disebut ayat itu macem2 seperti resah, kesehatan yg kurang, masalah yg menumpuk, dll Nah perhatiin ayat diatas buat kita yg merasa rezeki kita sempit, justru bukalah (luaskanlah), lapangkanlah rezeki kita dengan BERSEDEKAH. Jangan malah kita tahan harta kita. Ibarat menggenggam pasir lautan ditangan kita, semakin kita genggam, eee malah semakin habis dia dari genggaman kita lantaran tumpah dari sela-selaa jari tangan.

Insya Allah, dengan sedekah, Allah akan mengganti sedekah kita dengan 2x lipat, 10x lipat, 700x lipat atau mungkin bahkan lebih banyak dari itu.

Misalnya saja,
Kita sedekah 1000 maka balasannya dari Allah adalah kalau ga jadi 2.000 ya 10.000 atau malah 700.000 bahkan bisa jadi lebih dari itu. Balasan Allah pun tidak serta merta dalam wujud uang tunai, ada juga yang diberikan dalam wujud KESEHATAN, DAPET ANAK SHALEH/SHALEHAH, SELAMAT DARI BENCANA, AWET MUDA dan lain-lain....

Hitung2annya dari sini, juga Firman Allah SWT berikut ini....

"Perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya karena mencari keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buahnya DUA KALI LIPAT. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka hujan gerimis (pun memadai). Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu perbuat. “
(Q.S. Al Baqarah [2] ayat 265)

"Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) SEPULUH KALI LIPAT AMALNYA dan barangsiapa yang membawa perbuatan jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan) “
(Q.S. Al An'aam [6] ayat 160)

"Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui. “
(Q.S. Al Baqarah [2] ayat 261)
ayat ini (JIKA DITOTAL PAHALANYA 7x 100 = 700 KALI LIPAT)


Nah, tunggu apalagi ???!!
Ini real BISNIS, jika Anda mau berarti kita sedang melakukan bisnis dengan Dzat Yang Maha Benar Janji-Nya, Dzat Yang Tidak Akan Pernah Ingkar Dengan Janji2-Nya, Dzat Yang Maha Kaya Raya di alam semesta ini.

So... turunin rezeki kita dengan sedekah. Buruaannn... jangan pake nanti-nanti, ini berita dari al Quran, yang bisa juga ini berarti PERINTAH ALLAH kepada hamba2-Nya. Yang jelas ini ilmu bukan dari saya tapi dari Allah sendiri.

Bukankah untuk mendapatkan seekor ikan, terkadang kita harus mancing duluan? Ya sudah, pancing aja rezeki kita dengan SEDEKAH.