Jumat, 23 April 2010

Bersedekahlah dan Keuntungan Menantimu ( Arsip Media )

Kampanye bersedekah yang dilancarkan Ustad Yusuf Mansyur sukses. Banyak umat mendermakan bagian hartanya dalam jumlah besar. Tapi apakah benar, bersedekah layak dilakukan untuk mencapai keuntungan?

Senin 4 Mei 2009, waktu baru menunjukkan pukul tujuh pagi, ketika seorang ibu turun dari ojek motor di depan Sekolah Darul Quran Internasional (SDQI), di bilangan Cipondoh, Tangerang, provinsi Banten.

Berbeda dengan para anak murid, sang ibu bergegas ke lantai ke dua gedung sekolah dan yayasan yang didirikan ustad muda dan terkenal Yusuf Mansyur. Di sana ia bergabung dengan belasan ibu-ibu lain yang sudah menunggu. Tujuan mereka satu: berkumpul dan berkonsultasi dengan sang Ustad.

Baru pada sekitar 08.30, Yusuf nampak keluar dari rumah. Didampingi beberapa rekannya, ia berjelan menuju ke gedung. Ia masih harus bertemu dengan beberapa tamunya, sebelum kemudian masuk ke ruang pertemuan.

Waktu menunjukkan sekitar pukul 09.00. Yusuf Mansur duduk di ruangan tersebut. Ia melihat jam tangannya, sebelum berucap, ”Sampai jam sepuluh ya, karena saya harus ke TVRI,” ujarnya. ”Nah sekarang siapa yang mau memulai? Dari ujung sini saja lah,” sambil menunjuk orang di samping kanannya. ”Apa masalahnya?” tanyanya.

Seorang ibu di samping Yusuf Mansur awalnya terlihat ragu untuk mulai bicara. Dia datang tidak sendirian dari Semarang. Di sampingnya, ada ibunya menemani. Ia sendiri memangku seorang anak berusia sekitar lima tahun. Dalam ceritanya, ibu tersebut menyampaikan bahwa saat ini dia sedang terjerat utang sebesar 70 juta rupiah. Selain itu dia saat ini sedang menjanda. Dia ingin utangnya segera terlunasi dan kembali mempunyai suami.

Ustad Yusuf bertanya apa yang ibu tersebut miliki untuk membayar utang tersebut. Selain itu ustad Yusuf juga bertanya apakah ibu tersebut tidak meninggalkan salat wajib, melakukan salat malam dan salat duha, dan berapa rakaat ibu tersebut melakukan salat duha.

Setelah dijawab, Ustad Yusuf berkata, ”Salat duhanya ditambah ya, 12 rakaat. Nah kalau memang motornya mau di jual dan mau disedekahkan, beri makan anak-anak yatim yang ada di dekat rumah ibu. Undang mereka ke rumah selama beberapa hari, dan ibu rajin berdoa. Insya Allah nanti utang ibu akan terlunasi. Kalau mengenai jodoh, lagak-lagak-nya sih sudah dekat, pokoknya jangan tinggal salat duhanya,” urai Ustad Yusuf. Setelah itu Ustad Yusuf mengajak semua hadiri berdoa, untuk mendoakan ibu yang tadi telah menyampaikan masalahnya.

Kapada beberapa orang lain yang berkosultasi, Ustad Yusuf memberi saran serupa. Menanyakan apakah orang tersebut rajin salat, baik itu salat wajib, salat malam dan salat duha, dan seberapa konsisten orang tersebut memberikan sedekah. Setelah itu mengajak berdoa bersama.

Tepat jam sepuluh Ustad Yusuf berpamitan meninggalkan mereka. Madina yang hadir di acara itu tidak melihat ada peserta yang membayar. Ini adalah sebuah konsultasi gratis.

Sedekah sebagai Solusi

Nama Yusuf Mansur memang mencuat beberapa tahun terakhir ini. Dengan program Wisata Hati-nya ia berhasil mengetuk hati ribuan umat Islam untuk mendermakan sebagian dari kekayaan mereka untuk kepentingan sosial. Dari uang yang terkumpul dari sedekah para dermawan itu, Yusuf mengembangkan antara lain, yang paling terkemuka, Program Pembibitan Penghapal Al Quran (PPPA) Daarul Qur’an.

Hanya dalam waktu tiga tahun Daarul Qur’an telah memiliki sekitar 3.00n santri binaan, dan mengembangkan berbagai lembaga pendidikan baik di tingkat SD, SMP, SMA dan STIK. Di beberapa kota juga telah didirikan peantren gratis bagi anak-anak dari keluara tidak mampu. Yusuf memiliki cita-cita tinggi, menjadikan Indonesia bebas buta Al-Qur’an dengan cara mengoptimalisasi penggalangan dana sedekah.

Namun di mata banyak, nama Yusuf Mansyur dikenal terutama karena konsepnya tentang ‘sedekah sebagai solusi’. Dalam berbagai pengajian dan ceramahnya, Yusuf secara bersemangat menunjukkan pada umat bahwa bersedekah bukanlah sekadar sesuatu yang membawa pahala, namun juga dapat melicinkan jalan mencapai tujuan yang kita inginkan. Kira-kira imbauan sederhananya begini: “Bersedekahlah, dan Allah akan memberi apa yang kau minta”.

Yusuf sangat percaya bahwa ‘bersedekah’ adalah sebuah sarana yang disediakan Allah bagi umat-Nya yang sedang meminta sesuatu. Menurutnya, manusia yang tidak mau menggunakan sarana itu adalah manusia yang sombong. Justru, manusia sebaiknya secara jelas menyatakan pada Allah permintaan spesifik yang hendak dicapai saat bersedekah.

Apa yang didakwahkan ini disambut baik. Banyaknya pihak yang bersedia mensedekahkan uang mereka pada PPPA menunjukkan besarnya kepercayaan mereka. Sebuah buku yang dikeluarkan PPPA, berjudul Senjata Kaum Beriman (2009) memuat berbagai kisah pribadi yang menggambarkan bagaimana sedekah yang dikeluarkan dibayar kontan oleh Allah.

Contohnya cerita Agus Kuncoro, pemain utama dalam sinetron Para Pencari Tuhan. Beberapa tahun lalu ia pernah mengalami masa-masa sulit. Ia putus hubungan dengan calon istrinya, putus hubungan kerja, dan rumah kontrakannya terbakar. Agus mengaku, saat itu ia merasa kehilangan pegangan.

Sampai suatu saat, ia bertemu dengan seorang ustad yang memberi saran sederhana. Menurut sang ustadz, kalau Agus ingin memperoleh pertolongan Allah, ia harus melakukan aqad dengan Allah. “Lu kalau bersedekah kudu pake aqad. Kalau lu ngasih ke orang, sebutir, Lu maunya apa sama Allah. Jangan ngasih-ngasih aja tanpa pamrih pada Allah. Kalau lu bersedekah tanpa pengharapan pada Allah, sama aja Lu pelit berdoa sama Allah,” kata si utsda dengan gaya bicara Betawi.

Nasehat itu pun diikuti Agus. Ia tingkatkan sedekahnya, diiringi dengan doa pengharapan kepada-Nya. Nyatanya strategi itu sukses. “Alhamdulillah, setelah itu pintu-pintu rejeki buat saya seperti terbuka, sehingga saya banyak order dan punya rumah sendiri,” cerita Agus.

Persoalan lain Agus adalah soal anak. Setelah tiga tahun menikah, tak ada tanda-tanda kehamilan pada istrinya. Ia berkonsultasi pada Ustad Yusuf. Saran sang ustad sederhana: sedekahkan saja setengah dari honor film Kun Fayakun. Saran ini diikuti Agus. Ia sumbangkan sebagian penghasilannya pada PPPA. Lagi-lagi sukses. Tak lama kemudian, istri Agus hamil.

Ada banyak cerita lain. Ada kisah tentang seorang wanita yang bisa naik haji dan memperoleh jodoh setelah bersedekah dalam jumlah banyak. Atau tentang seorang pengacara yang menghabiskan uang di atas Rp 150 juta milik kliennya, namun akhirnya bebas dari amukan kliennya setelah ia memutuskan untuk menyedekahkan isi rumah dan kantornya. Dalam kasus lain, seorang wanita yang selamat tanpa cacat dari tabrakan fatal yang dialaminya percaya bahwa itu hanyalah satu rangkaian ‘kejaiban’ dari bersedekah. Begitu juga ada seorang wanita yang selamat dari peristiwa bom Bali percaya itu terjadi karena ia rajin bersedekah.

Sebagian cerita nampak sederhana. Ada pengakuan tentang seorang pria yang mobilnya bermasalah ketika menempuh perjalanan Jakarta-Bandung. Karena itu, ia menerapkan jurus ‘memberi sedekah penolak bala’. Caranya, ia bersedekah Rp 5.000 pada pengemis di beberapa titik perjalanan. Hasilnya? Ia mencapai Bandung dengan selamat.

1 komentar: